Author : @nisamanda
Genre : Romance
Cast :
Jung Eunji
Yang Yoseob
Other Cast yang masih samar-samar(?)
Length : Chapter
Rate : PG 13
ANNYEOOOOOOONG!!!! Author balik nih dengan FF chapter baru. Pasti pada bingung yah kenapa Author bikin FF Chapter lagi sedangkan FF Monster pun belum ada kelanjutannya? Sebenernya...author udah mulai ngelanjutin sih tapi masih pengen bikin kalian kepo aja muehehehe :p Yaudah, FF ini author buat dari pengalaman pribadi(?) temen author di RP. Enjoy it jangan lupa kritik dan sarannya yah^^
-00-
Seorang
gadis duduk sendirian di sebuah halte bus yang terletak di sebuah jalan kecil
di kota Busan. Sedari tadi, dia sibuk melihat jam yang berwarna biru muda di
pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang KST. Namun, bus
yang dari tadi dia tunggu belum datang juga. Dia tidak begitu khawatir kalau
pun bus itu nantinya tidak akan datang untuk menjempunya juga. Toh, dia memang
tidak mau pergi dari kota itu.
Ya...kalau
bukan karena sesuatu hal, mungkin dia tidak akan pernah pergi dari kota kecil
ini. Kota yang sangat dicintainya, kota yang menjadi saksi semua cerita
hidupnya. Juga kota yang mengenalkannya
pada orang-orang yang sangat dia sayangi hingga saat ini. Termasuk sahabatnya, Yoon
Bomi.
Sepertinya,
hari ini bukan hari keberuntungannya. Sebuah bus berwarna kuning berhenti di
depannya saat ini. Dia sempat ragu-ragu ketika hendak naik ke dalam bus
tersebut. Tapi...sedetik kemudian pikirannya pun berubah. Dengan berat hati,
akhirnya dia pun memandang kota Busan dari dalam bus tersebut dengan wajah
sendunya.
-00-
Eunji POV
Namaku
Eunji. Lebih lengkapnya adalah Jung Eunji. Saat ini, aku adalah siswi yang
duduk di bangku akhir sekolah menengah atas di Kota Seoul. Sebenarnya...ini
adalah hari pertamaku masuk sekolah. Aku adalah murid pindahan dari Busan.
Busan, sebuah kota kecil yang sangat aku cintai.
Sebenarnya
aku terpaksa pindah ke sini karena suatu alasan. Orang tuaku sudah pensiun dari
pekerjaannya. Mereka sepertinya kurang sanggup untuk membiayaiku kuliah nanti.
Tapi, untungnya ada teman baik umma dan appa di Seoul yang bersedia untuk
membiayai kuliahku sampai aku lulus nanti. Hanya syaratnya aku harus tinggal di
sana untuk menemaninya. Kata appa dari dulu ia menginginkan anak perempuan.
Tapi, sayangnya Tuhan berkehendak lain. Seumur hidupnya, dia hanya mempunyai
seorang anak. Itu pun anak laki-laki. Padahal kenyataannya dia sangat
menginginkan anak perempuan.
Makanya,
ketika mendengar keadaan appaku, sahabat appaku itu sangat berharap agar
dirinya bisa mengurusku. Mulanya, appa dan umma sangat ragu-ragu untuk
mengambil keputusan. Mereka sangat sedih bila harus tinggal berjauhan denganku,
tapi di sisi lain mereka sangat peduli dengan masa depanku. Lagipula, aku
adalah seorang anak manja. Namun, akhirnya hati mereka luluh juga oleh segala
rayuan yang diluncurkan oleh Nyonya Jung, nama sahabat appa tersebut.
Setelah
menempuh beberapa jam perjalanan yang lumayan meleleahkan, aku pun akhirnya
sampai di Seoul. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali pergi ke kota ini. Tapi,
tetap saja aku masih merasa “wah” ketika melihat deretan gedung pencakar langit
yang menjulang tinggi di sisi-sisi kota. Aku tidak percaya...akhirnya aku bisa
tinggal di sini.
Turun
dari bus, aku langsung mencari taksi untuk menuju rumah Jung ahjumma. Setelah berkeliling-keliling
lumayan lama, aku pun akhirnya sampai di rumah Jung ahjumma. Aku sempat terpana
melihat kemewahan rumah beliau. Benar-benar rumah yang sangat indah! Dengan segala
tatanan rumah bergaya klasik dan terdapat patung berbentuk manusia yang
terletak di pelataran rumahnya.
Aku
pun mengetuk pintu rumah tersebut dengan hati-hati. Rumah tersebut memang tidak
memiliki pagar. Aku sempat berpikir bagaimana kalau suatu hari nanti ada orang
jahat yang berniat untuk merampok isi rumah ini. Tapi semua pertanyaanku pun
terjawab ketika melihat seperangkat cctv yang berada di setiap sudut rumah
bagian luar.
Satu
menit...dua menit...tiga menit...tetap tidak ada jawaban. Aku pun melihat
keadaan sekelilingku, berharap ada orang yang akan menolongku untuk masuk ke
rumah ini dengan aman. Aku baru sadar ketika melihat sebuah bel yang menempel
di tembok sebelah pintu tersebut. Jung Eunji...kau benar-benar bodoh! Kenapa dari
tadi aku tidak menggunakan bel ini saja? rutukku dalam hati. Setelah memencet
bel tersebut, pintu besar itu pun terbuka lalu terlihat seorang wanita tua yang
memandangku sambil tersenyum. Apakah itu Jung ahjumma?
“Annyeong.”
Sapaku ramah sambil membungkuk kepada wanita tersebut.
“Annyeong.
Apakah kau nona eunji?” dia membalas sapaanku dengan ramah.
“Ne...aku
adalah Eunji.” Aku mengangguk antusias.
“Baiklah
nona eunji...silahkan masuk.” Wanita itu pun kemudian menuntunku masuk ke dalam
rumah tersebut. Ternyata rumah tersebut tidak hanya terlihat bagus dari luarnya
saja. Interior yang ada di dalam rumah tersebut juga ternyata sangat indah. Aku
sangat terkagum-kagum di buatnya.
“Nona
eunji...perkenalkan namaku adalah Lee Hyeonra. Aku adalah kepala pembantu rumah
tangga di sini.” Dia memperkenalkan diri saat mengajakku masuk ke dalam rumah.
“Bangapseumnida...oh
ya bagaimana dengan pemilik rumah ini? Apakah aku bisa bertemu dengannya?”
tanyaku hati-hati kepada Lee ahjumma.
“Sebentar
lagi kau akan bertemu dengannya.” Jawabnya sambil membukakan sebuah pintu besar
berwarna putih yang terletak di tengah ruangan. Ketika di buka, ternyata
terdapat sebuah rak buku besar yang terlihat dari luar ruangan. Di pojok
ruangan, terdapat sebuah sofa yang diduduki oleh seorang wanita yang sedang
sibuk membaca bukunya. Lee ahjumma pun mengajakku untuk mendekati wanita
tersebut.
“Nyonya...dia
yang kau tunggu sudah datang.” Kata Lee ahjumma sambil menunjukku. Wanita
tersebut pun melihat ke arahku, dia sempat memperhatikanku dari atas sampai
bawah. Tak lama kemudian dia pun tersenyum.
“Annyeong.
Perkenalkan...aku adalah Jung Hyeri teman ayah dan ibumu.” tanyanya lembut
kepadaku sambil memperkenalkan diri. Oh...jadi ini adalah Jung ahjumma. Cantik.
Masih terlihat muda walaupun sebenarnya umurnya sudah berkepala lima.
“Annyeong
Nyonya Jung...mohon bantuannya.”aku berkata hati-hati kepadanya. Aku takut
omonganku akan menyinggung perasaannya. Ku lihat dia menyipitkan matanya sambil
memandangku.
“Nyonya?
Kenapa kau memanggilku seperti itu? Panggil aku umma. Anggap saja aku adalah
umma angkatmu.” aku terdiam. Sungguh baik sekali wanita ini. Aku terharu.
“Ba...baiklah
umma.” aku gugup ketika pertama kali memanggilnya seperti itu.
“Jangan
gugup seperti itu Eunji-ah...anggap saja ini adalah rumahmu sendiri.” dia
mengelus rambutku yang kini sedang duduk di sebelahnya. Dia mulai banyak
bercerita padaku bahwa dia dari dulu sebenarnya sangat menginginkan anak
perempuan hadir di tengah-tengah keluarganya. Saat tahun ke tiga usia
pernikahannya, ternyata dia mendapatkan seorang anak laki-laki. Dia tidak
pernah menyesal akan itu dan dia masih percaya bahwa suatu saat nanti Tuhan
pasti akan memberikannya seorang anak perempuan yang cantik. Tapi, sepertinya
harapannya itu sia-sia karena dua tahun setelahitu, rahim yang ada di
kandungannya di angkat karena dirinya menderita penyakit kanker rahim.
“Setelah
suamiku meninggal, kini umma hanya hidup berdua dengan Yoseob saja. Tapi, umma
merasa sangat kesepian saat ini. Yoseob sering pulang malam bahkan dia jarang
bertemu dengan umma.” Lanjutnya dengan mimik muka yang sedih.
“Ya
ampun ahjumma memangnya dia pergi kemana saja setiap hari?”tanyaku kepadanya. Aku
benar-benar gemas dengan anak lelaki Jung umma tersebut. Apa dia tidak
bersyukur mempunya ibu sebaik Jung umma?
“Dia
sibuk bermain dengan teman-temannya. Padahal sebentar lagi dia akan menghadapi
ujian akhir. Kalau saja appa nya masih ada...” omongan Jung umma pun terputus. Pandangannya
menerawang ke depan. Aku tau hatinya sedih saat ini. Ibu mana yang tega untuk
bersikapn keras pada anaknya? Memang...peran ayah sangat penting dalam suatu
keluarga. Aku jadi rindu ayahku.
“Sudahlah
umma...sekarang kan sudah ada aku. Aku akan menemani umma disini. Oh ya apakah
umma sudah makan?” aku menghibur Jung umma.
“Ah
kau ini manis sekali eunji-ah. Umma belum makan. Bagaimana kalau kita makan
bersama?” umma terlihat lebih ceria daripada sebelumnya. Sepertinya, dia
terhibur dengan kedatanganku.
“Kajja
umma kita makan!” aku pun menarik tangan Jung umma dengan jurus maut aegyoku.
Jung umma pun pasrah dan akhirnya menemaniku untuk pergi ke ruang makan. Aku
berjanji akan membuat Jung ahjumma terus tersenyum mulai dari sekarang.
-00-
Yoseob
POV
Aku
memasuki halaman rumahku dengan tidak bersemangat. Aku sangat bosan bila berada
di sini. Hanya berdua dengan umma saja, itu pun umma sibuk dengan dunianya
sendiri. Buku? Apa menariknya dunia itu? Kalau aku tidak sayang dengan umma,
mungkin sudah dari dulu aku ingin hidup sendiri. Hidup di apartement seperti
kebanyakan teman-temanku. Menurutku hidup mereka sangat indah sekali.
Bebas....tidak ada yang mengatur, sepertiku.
Aku
membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci. Mungkin Lee ahjumma sudah
hafal dengan jam pulangku yang sangat larut untuk remaja seusiaku. Aku masuk ke
dalam rumah dengan perasaan bingung. Biasanya, ketika aku masuk keadaan rumah
sudah gelap gulita dan hanya ada sedikit sumber cahaya yang berasal dari lampu
meja yang terletak di pojok ruang tamu. Tapi, keadaan yang aku lihat sekarang
sangat berbeda! Aku melihat keadaan rumah saat ini masih terang benderang dan
ada....suara umma?
Dengan
rasa penasaran, aku pun menuju ruang keluarga. Aku mendengar suara umma dan
seseorang sedang tertawa. Biasanya, di jam seperti ini umma sudah tidur.
“Aku
pulang.” aku memberi salam ketika berdiri di belakang sofa yang sedang diduduki
oleh umma dan seseorang. Umma pun berbalik ketika mendengar suaraku.
“Oh...kau
sudah pulang?” umma tersenyum kepadaku. Aku sepertinya sudah lama sekali tidak
melihatnya tersenyum seperti itu.
“Sudah
umma. Umma kenapa belum tidur?” aku melirik seorang gadis yang sekarang tengah
memperhatikanku. Siapa dia? Apakah dia pembantu baru di rumah ini? Sepertinya
tidak mungkin. Kalau memang dia pembantu baru, kenapa dia berani sekali untuk
duduk di sebelah rumah. Rasanya tidak mungkin.
“Umma
sedang asyik menonton acara komedi ini bersama dengan Eunji. Oh ya perkenalkan
dia Jung Eunji. Dia anak teman umma yang waktu itu umma ceritakan dulu.” Aku mengangguk-angguk
ketika mendengar penjelasan umma. Oh...jadi dia itu Eunji yang dulu diceritakan
umma? Aku kira umma hanya bercanda ketika mengatakan bahwa akan ada seorang
gadis yang tinggal di sini.
“Oh
begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Aku menyodorkan tanganku kepadanya
untuk berkenalan.
“Hai
yoseob-ssi.” Dia membalas sapaanku tanpa menyambut tanganku sama sekali. Ekspresinya
dingin...dia tersenyum, tapi terlihat jelas bahwa senyumnya itu hanya sebuah
senyum paksaan. Aku menurunkan tanganku. Umma juga terlihat bingung dengan
sikap eunji padaku. Apakah dia benci kepadaku?
-00-
Eunji
POV
“Aku
pulang.” Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah belakangku. Sejak tadi,
aku dan Jung umma memang sibuk menonton sebuah acara komedi di televisi. Jung
ahjumma sepertinya sangat bahagia, terlihat dari tawanya yang benar-benar
lepas.
Aku dan
Jung ahjumma refleks menoleh ke belakang. Ternyata suara itu berasal dari
seorang namja yang sepertinya aku tau siapa dia. Aku memperhatikannya dari atas
ke bawah ketika dia mengajak ngobrol ibunya, atau lebih tepatnya mungkin hanya
berbasa-basi belaka. Sungguh, dari awal bertemu saja aku sudah tidak begitu
suka dengannya. Bertahun-tahun dia seperti ini, aku sangat kasihan dengan Jung
ahjumma.
“Oh
begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Dia tiba-tiba menyodorkan tanganku
kepadanya untuk berkenalan. Aku bingung harus membalas uluran tangannya atau
tidak karena sikapnya itu yang sangat aku tidak suka.
“Hai
yoseob-ssi.” Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menyambut uluran tangannya. Aku
hanya tersenyum kecil kepadanya. Senyum paksaan lebih tepatnya. Aku lihat dia
sempat tercengang melihat sikapku. Tapi, aku tidak peduli terserah dia mau
berpikir apa.
“Baiklah
umma kalau begitu aku tidur dulu.” Yoseob langsung pamit tidur pada ibunya. Aku
melihatnya. Ada sepercik rasa bersalah pada diriku. Kenapa aku terlihat begitu
membencinya?Padahal aku saja baru kenal dengannya.
“Eunji-ah...kenapa
kau melamun?” Jung umma menyadarkanku.
“Tidak
apa-apa umma. Mungkin aku lelah saja.” aku tertawa kecil padanya.
“Oh kau
lelah? Kalau begitu tidur saja. Umma juga sepertinya sudah mulai mengantuk.” Umma
tersenyum padaku sambil mengelus lembut pundakku. Jung umma benar-benar seperti
ummaku. Tapi, tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan posisi ummaku.
-00-
Untuk umma dan appaku tersayang...
Hai umma dan appa! Aku sangat
merindukan kalian. Jung ahjumma sangat baik padaku. Bahkan dia menyuruhku untuk
memangginya dengan sebutan “umma”. Umma jangan cemburu ya hehehehe bagiku tidak
ada yang bisa menggantikan posisi umma dan appa di hatiku. Oh ya, hari ini
adalah hari pertamaku masuk di sekolah yang baru. Doakan aku yah semoga aku
bisa sukses di kota ini!^^
Aku
menutup laptopku setelah menulis e-mail kepada appa. Hari ini adalah hari
pertama aku masuk sekolah. Aku sangat berharap kalau hari ini adalah hari
keberuntunganku. Setidaknya, aku bisa mendapatkan teman baru.
“Eunji-ah...bagaimana
kalau kau berangkat dengan Yoseob saja pagi ini? Kalian kan satu sekolahan.”
Jung ahjumma bertanya padaku saat kami bertiga sedang sibuk dengan sarapan kami
masing-masing.
“Hmm...tapi
umma...” aaaaaa bagaimana ini? Aku masih tidak enak dengan kejadian tadi malam.
Sekarang aku harus berangkat bersama Yoseob?
“Tidak
apa-apa kok. Aku tidak akan berbuat jahat padamu.” Yoseob tiba-tiba
mengeluarkan suaranya. Sepertinya, dia merasa kalau aku tidak suka padanya. Aku
melirik ke arahnya. Ku liat ekspresinya datar.
“Hahaha
kau ini. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu.” Aku tertawa garing untuk
mencairkan suasana. Ku lihat Jung umma juga tertawa mendengar perkataan Yoseob
tadi.
“Baiklah,
kalau begitu kalian berangkat bersama yah. Yoseob jagalah Eunji. Ingat ini
adalah hari pertamanya di sekolah yang baru.” Jung ahjumma memberi petuah pada
Yoseob.
“Tidak
usah repot-repot umma. Aku akan baik-baik saja kok.” Jawabku meyakinkan Jung
umma. Aku tidak mau kalau nanti Yoseob akan mengikutiku kemana-mana untuk menjagaku.
Menyebalkan sekali.
“Siapa
juga yang mau menjaga yeoja jutek sepertimu?” Yoseob berkata acuh.
Siaaaal....dia benar-benar menyebalkan.
“Sudah
sudah jangan berdebat. Ayo cepat habiskan sarapan kalian, nanti kalian
terlambat.” Jung umma hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat
kelakuan kami berdua. Aku pun hanya bisa mendengus kesal. Sabar...sabar...kalau
kau bukan anak Jung umma, mungkin sudah dari dulu aku.....ah sudahlah, rutukku
dalam hati.
Selama
perjalanan menuju sekolah, aku hanya diam tidak berminat untuk memulai
pembicaraan dengan Yoseob. Dia pun sepertinya sedang berkonsentrasi dengan
jalanan yang sekarang ada di hadapannya. Aku sedari tadi hanya memainkan
telepon genggamku sambil berkirim pesan dengan sahabatku, Bomi.
From:
Bomi
Eunji-ah...aku iri
denganmu! Kau sangat beruntung bisa bersekolah di Seoul T^T
Aku
hanya bisa menghela nafas panjang ketika membaca isi pesan Bomi. Beruntung? Ya
aku memang beruntung karena bisa berkenalan dengan Jung umma. Tapi...sepertinya
aku sedang tidak beruntung saat ini.
Sent
to: Bomi
Beruntung?Sepertinya
aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster
Aku
tertawa pelan ketika memencet tombol “kirim” untuk pesan tersebut. Monster?
Ya...Yoseob memang pantas untuk di sebut sebagai seorang monster atau mungkin
vampire?
“Beruntung?Sepertinya
aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster. Siapa yang
kau maksud dengan monster?” Yoseob tiba-tiba mengulangi isi pesanku pada Bomi.
Ya ampun...sejak kapan dia membaca isi pesanku? Dan sejak kapan mobil ini
berhenti?
“Kau.....benar-benar
tidak sopan membaca isi pesan orang!”aku pun refleks memukul kepalanya.
“Ya!
Kenapa kau memukul kepalaku hah?” dia mengusap-usap kepalanya yang sepertinya
tidak benar-benar sakit. Mungkin itu hanya aktingnya saja untuk membuatku
merasa bersalah.
“Itu
karena kau tidak sopan membaca isi pesanku.” Jawabku pendek.
“Oh
begitu? Walaupun isi pesan itu sedang membicarakan diriku?” dia membalas dengan
nada yang jujur...sangat menyebalkan.
“Sudahlah
lupakan. Kau merasa tidak? Kalau tidak, ya sudah.” Kenapa namja ini cerewet
sekali?
“Baiklah.
Kalau begitu kau turun dari mobilku sekarang juga. Kita sudah sampai.” Yoseob
memandang lurus ke depan. Sepertinya dia tidak begitu mempersoalkan masalah
tadi. Aku langsung melihat ke arah luar
melalui jendela mobil. Ternyata sekolahku besar sekali......
Aku pun
turun dari mobil diikuti dengan Yoseob yang kini ada di belakangku. Aku begitu
sibuk dengan rasa kagumku terhadap bangunan sekolah baruku yang benar-benar mewah
sampai-sampai aku tidak sadar dengan keadaan sekitarku yang mulai berubah.
“Lihat
yeoja itu. Siapa dia? Beraninya dia berjalan di depan Yoseob oppa dengan wajah
kampungannya itu.” Aku mendengar seorang yeoja berkata seperti itu kepada
teman-temannya. Yeoja? Yoseob? Aku menoleh ke arah belakang. Di belakangku
memang ada Yoseob....dan di depan Yoseob cuman ada aku seorang.
“Siapa
sih dia?pssts...ssspsst.” sepertinya semua orang mulai membicaraanku. Ada apa
ini? Siapa sebenarnya Yoseob?Aku sibuk dengan pikiranku sendiri
-00-
“Hey
apakah kau sudah melihatnya?”Yeoja itu meremas ujung bajunya sendiri ketika
mendengar pertanyaan itu.
“Kau...tutup
mulutmu! Aku sudah melihatnya. Tanpa kau beri tau juga aku sudah melihatnya.”
Yeoja itu sepertinya sedang marah. Atau lebih tepatnya sangat marah.
“Baiklah...maaf.
Jangan marah padaku---“ Tuuut.......sambungan telepon itu pun terputus secara
tiba-tiba.
“Lihat
saja nanti...” yeoja itu pun berbicara dengan dirinya sendiri sambil
menyunggingkan sebelah bibirnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
-00-
Hayooo...seperti biasa author hanya mengingatkan "jangan lupa kritik dan saran untuk author ya" karena sesungguhnya kritik dan saran kalian sangat bermanfaat buat author. Terimakasih:)
1 komentar:
ff nya bagus, lanjut yaw. Aku penasaran sama ceritanya. Keep writing. :))
Post a Comment