Friday, February 22, 2013

[FF EunSeob] A Short Journey

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 7:33 PM



Author : @nisamanda

Genre : Romance

Cast :

Jung Eunji

Yang Yoseob

Other Cast yang masih samar-samar(?)

Length : Chapter

Rate : PG 13

ANNYEOOOOOOONG!!!! Author balik nih dengan FF chapter baru. Pasti pada bingung yah kenapa Author bikin FF Chapter lagi sedangkan FF Monster pun belum ada kelanjutannya? Sebenernya...author udah mulai ngelanjutin sih tapi masih pengen bikin kalian kepo aja muehehehe :p Yaudah, FF ini author buat dari pengalaman pribadi(?) temen author di RP. Enjoy it jangan lupa kritik dan sarannya yah^^

-00-



                Seorang gadis duduk sendirian di sebuah halte bus yang terletak di sebuah jalan kecil di kota Busan. Sedari tadi, dia sibuk melihat jam yang berwarna biru muda di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang KST. Namun, bus yang dari tadi dia tunggu belum datang juga. Dia tidak begitu khawatir kalau pun bus itu nantinya tidak akan datang untuk menjempunya juga. Toh, dia memang tidak mau pergi dari kota itu.
                Ya...kalau bukan karena sesuatu hal, mungkin dia tidak akan pernah pergi dari kota kecil ini. Kota yang sangat dicintainya, kota yang menjadi saksi semua cerita hidupnya.  Juga kota yang mengenalkannya pada orang-orang yang sangat dia sayangi hingga saat ini. Termasuk sahabatnya, Yoon Bomi.
                Sepertinya, hari ini bukan hari keberuntungannya. Sebuah bus berwarna kuning berhenti di depannya saat ini. Dia sempat ragu-ragu ketika hendak naik ke dalam bus tersebut. Tapi...sedetik kemudian pikirannya pun berubah. Dengan berat hati, akhirnya dia pun memandang kota Busan dari dalam bus tersebut dengan wajah sendunya.

-00-

Eunji POV

                Namaku Eunji. Lebih lengkapnya adalah Jung Eunji. Saat ini, aku adalah siswi yang duduk di bangku akhir sekolah menengah atas di Kota Seoul. Sebenarnya...ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Aku adalah murid pindahan dari Busan. Busan, sebuah kota kecil yang sangat aku cintai.
                Sebenarnya aku terpaksa pindah ke sini karena suatu alasan. Orang tuaku sudah pensiun dari pekerjaannya. Mereka sepertinya kurang sanggup untuk membiayaiku kuliah nanti. Tapi, untungnya ada teman baik umma dan appa di Seoul yang bersedia untuk membiayai kuliahku sampai aku lulus nanti. Hanya syaratnya aku harus tinggal di sana untuk menemaninya. Kata appa dari dulu ia menginginkan anak perempuan. Tapi, sayangnya Tuhan berkehendak lain. Seumur hidupnya, dia hanya mempunyai seorang anak. Itu pun anak laki-laki. Padahal kenyataannya dia sangat menginginkan anak perempuan.
                Makanya, ketika mendengar keadaan appaku, sahabat appaku itu sangat berharap agar dirinya bisa mengurusku. Mulanya, appa dan umma sangat ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Mereka sangat sedih bila harus tinggal berjauhan denganku, tapi di sisi lain mereka sangat peduli dengan masa depanku. Lagipula, aku adalah seorang anak manja. Namun, akhirnya hati mereka luluh juga oleh segala rayuan yang diluncurkan oleh Nyonya Jung, nama sahabat appa tersebut.
                Setelah menempuh beberapa jam perjalanan yang lumayan meleleahkan, aku pun akhirnya sampai di Seoul. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali pergi ke kota ini. Tapi, tetap saja aku masih merasa “wah” ketika melihat deretan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di sisi-sisi kota. Aku tidak percaya...akhirnya aku bisa tinggal di sini.
                Turun dari bus, aku langsung mencari taksi untuk menuju rumah Jung ahjumma. Setelah berkeliling-keliling lumayan lama, aku pun akhirnya sampai di rumah Jung ahjumma. Aku sempat terpana melihat kemewahan rumah beliau. Benar-benar rumah yang sangat indah! Dengan segala tatanan rumah bergaya klasik dan terdapat patung berbentuk manusia yang terletak di pelataran rumahnya.
                Aku pun mengetuk pintu rumah tersebut dengan hati-hati. Rumah tersebut memang tidak memiliki pagar. Aku sempat berpikir bagaimana kalau suatu hari nanti ada orang jahat yang berniat untuk merampok isi rumah ini. Tapi semua pertanyaanku pun terjawab ketika melihat seperangkat cctv yang berada di setiap sudut rumah bagian luar.
                Satu menit...dua menit...tiga menit...tetap tidak ada jawaban. Aku pun melihat keadaan sekelilingku, berharap ada orang yang akan menolongku untuk masuk ke rumah ini dengan aman. Aku baru sadar ketika melihat sebuah bel yang menempel di tembok sebelah pintu tersebut. Jung Eunji...kau benar-benar bodoh! Kenapa dari tadi aku tidak menggunakan bel ini saja? rutukku dalam hati. Setelah memencet bel tersebut, pintu besar itu pun terbuka lalu terlihat seorang wanita tua yang memandangku sambil tersenyum. Apakah itu Jung ahjumma?
                “Annyeong.” Sapaku ramah sambil membungkuk kepada wanita tersebut.
                “Annyeong. Apakah kau nona eunji?” dia membalas sapaanku dengan ramah.
                “Ne...aku adalah Eunji.” Aku mengangguk antusias.
                “Baiklah nona eunji...silahkan masuk.” Wanita itu pun kemudian menuntunku masuk ke dalam rumah tersebut. Ternyata rumah tersebut tidak hanya terlihat bagus dari luarnya saja. Interior yang ada di dalam rumah tersebut juga ternyata sangat indah. Aku sangat terkagum-kagum di buatnya.
                “Nona eunji...perkenalkan namaku adalah Lee Hyeonra. Aku adalah kepala pembantu rumah tangga di sini.” Dia memperkenalkan diri saat mengajakku masuk ke dalam rumah.
                “Bangapseumnida...oh ya bagaimana dengan pemilik rumah ini? Apakah aku bisa bertemu dengannya?” tanyaku hati-hati kepada Lee ahjumma.
                “Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya.” Jawabnya sambil membukakan sebuah pintu besar berwarna putih yang terletak di tengah ruangan. Ketika di buka, ternyata terdapat sebuah rak buku besar yang terlihat dari luar ruangan. Di pojok ruangan, terdapat sebuah sofa yang diduduki oleh seorang wanita yang sedang sibuk membaca bukunya. Lee ahjumma pun mengajakku untuk mendekati wanita tersebut.
                “Nyonya...dia yang kau tunggu sudah datang.” Kata Lee ahjumma sambil menunjukku. Wanita tersebut pun melihat ke arahku, dia sempat memperhatikanku dari atas sampai bawah. Tak lama kemudian dia pun tersenyum.
                “Annyeong. Perkenalkan...aku adalah Jung Hyeri teman ayah dan ibumu.” tanyanya lembut kepadaku sambil memperkenalkan diri. Oh...jadi ini adalah Jung ahjumma. Cantik. Masih terlihat muda walaupun sebenarnya umurnya sudah berkepala lima.
                “Annyeong Nyonya Jung...mohon bantuannya.”aku berkata hati-hati kepadanya. Aku takut omonganku akan menyinggung perasaannya. Ku lihat dia menyipitkan matanya sambil memandangku.
                “Nyonya? Kenapa kau memanggilku seperti itu? Panggil aku umma. Anggap saja aku adalah umma angkatmu.” aku terdiam. Sungguh baik sekali wanita ini. Aku terharu.
                “Ba...baiklah umma.” aku gugup ketika pertama kali memanggilnya seperti itu.
                “Jangan gugup seperti itu Eunji-ah...anggap saja ini adalah rumahmu sendiri.” dia mengelus rambutku yang kini sedang duduk di sebelahnya. Dia mulai banyak bercerita padaku bahwa dia dari dulu sebenarnya sangat menginginkan anak perempuan hadir di tengah-tengah keluarganya. Saat tahun ke tiga usia pernikahannya, ternyata dia mendapatkan seorang anak laki-laki. Dia tidak pernah menyesal akan itu dan dia masih percaya bahwa suatu saat nanti Tuhan pasti akan memberikannya seorang anak perempuan yang cantik. Tapi, sepertinya harapannya itu sia-sia karena dua tahun setelahitu, rahim yang ada di kandungannya di angkat karena dirinya menderita penyakit kanker rahim.
                “Setelah suamiku meninggal, kini umma hanya hidup berdua dengan Yoseob saja. Tapi, umma merasa sangat kesepian saat ini. Yoseob sering pulang malam bahkan dia jarang bertemu dengan umma.” Lanjutnya dengan mimik muka yang sedih.
                “Ya ampun ahjumma memangnya dia pergi kemana saja setiap hari?”tanyaku kepadanya. Aku benar-benar gemas dengan anak lelaki Jung umma tersebut. Apa dia tidak bersyukur mempunya ibu sebaik Jung umma?
                “Dia sibuk bermain dengan teman-temannya. Padahal sebentar lagi dia akan menghadapi ujian akhir. Kalau saja appa nya masih ada...” omongan Jung umma pun terputus. Pandangannya menerawang ke depan. Aku tau hatinya sedih saat ini. Ibu mana yang tega untuk bersikapn keras pada anaknya? Memang...peran ayah sangat penting dalam suatu keluarga. Aku jadi rindu ayahku.
                “Sudahlah umma...sekarang kan sudah ada aku. Aku akan menemani umma disini. Oh ya apakah umma sudah makan?” aku menghibur Jung umma.
                “Ah kau ini manis sekali eunji-ah. Umma belum makan. Bagaimana kalau kita makan bersama?” umma terlihat lebih ceria daripada sebelumnya. Sepertinya, dia terhibur dengan kedatanganku.
                “Kajja umma kita makan!” aku pun menarik tangan Jung umma dengan jurus maut aegyoku. Jung umma pun pasrah dan akhirnya menemaniku untuk pergi ke ruang makan. Aku berjanji akan membuat Jung ahjumma terus tersenyum mulai dari sekarang.

-00-

                Yoseob POV
                Aku memasuki halaman rumahku dengan tidak bersemangat. Aku sangat bosan bila berada di sini. Hanya berdua dengan umma saja, itu pun umma sibuk dengan dunianya sendiri. Buku? Apa menariknya dunia itu? Kalau aku tidak sayang dengan umma, mungkin sudah dari dulu aku ingin hidup sendiri. Hidup di apartement seperti kebanyakan teman-temanku. Menurutku hidup mereka sangat indah sekali. Bebas....tidak ada yang mengatur, sepertiku.
                Aku membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci. Mungkin Lee ahjumma sudah hafal dengan jam pulangku yang sangat larut untuk remaja seusiaku. Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan bingung. Biasanya, ketika aku masuk keadaan rumah sudah gelap gulita dan hanya ada sedikit sumber cahaya yang berasal dari lampu meja yang terletak di pojok ruang tamu. Tapi, keadaan yang aku lihat sekarang sangat berbeda! Aku melihat keadaan rumah saat ini masih terang benderang dan ada....suara umma?
                Dengan rasa penasaran, aku pun menuju ruang keluarga. Aku mendengar suara umma dan seseorang sedang tertawa. Biasanya, di jam seperti ini umma sudah tidur.
                “Aku pulang.” aku memberi salam ketika berdiri di belakang sofa yang sedang diduduki oleh umma dan seseorang. Umma pun berbalik ketika mendengar suaraku.
                “Oh...kau sudah pulang?” umma tersenyum kepadaku. Aku sepertinya sudah lama sekali tidak melihatnya tersenyum seperti itu.
                “Sudah umma. Umma kenapa belum tidur?” aku melirik seorang gadis yang sekarang tengah memperhatikanku. Siapa dia? Apakah dia pembantu baru di rumah ini? Sepertinya tidak mungkin. Kalau memang dia pembantu baru, kenapa dia berani sekali untuk duduk di sebelah rumah. Rasanya tidak mungkin.
                “Umma sedang asyik menonton acara komedi ini bersama dengan Eunji. Oh ya perkenalkan dia Jung Eunji. Dia anak teman umma yang waktu itu umma ceritakan dulu.” Aku mengangguk-angguk ketika mendengar penjelasan umma. Oh...jadi dia itu Eunji yang dulu diceritakan umma? Aku kira umma hanya bercanda ketika mengatakan bahwa akan ada seorang gadis yang tinggal di sini.
                “Oh begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Aku menyodorkan tanganku kepadanya untuk berkenalan.
                “Hai yoseob-ssi.” Dia membalas sapaanku tanpa menyambut tanganku sama sekali. Ekspresinya dingin...dia tersenyum, tapi terlihat jelas bahwa senyumnya itu hanya sebuah senyum paksaan. Aku menurunkan tanganku. Umma juga terlihat bingung dengan sikap eunji padaku. Apakah dia benci kepadaku?

-00-

                Eunji POV
                “Aku pulang.” Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah belakangku. Sejak tadi, aku dan Jung umma memang sibuk menonton sebuah acara komedi di televisi. Jung ahjumma sepertinya sangat bahagia, terlihat dari tawanya yang benar-benar lepas.
                Aku dan Jung ahjumma refleks menoleh ke belakang. Ternyata suara itu berasal dari seorang namja yang sepertinya aku tau siapa dia. Aku memperhatikannya dari atas ke bawah ketika dia mengajak ngobrol ibunya, atau lebih tepatnya mungkin hanya berbasa-basi belaka. Sungguh, dari awal bertemu saja aku sudah tidak begitu suka dengannya. Bertahun-tahun dia seperti ini, aku sangat kasihan dengan Jung ahjumma.
                “Oh begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Dia tiba-tiba menyodorkan tanganku kepadanya untuk berkenalan. Aku bingung harus membalas uluran tangannya atau tidak karena sikapnya itu yang sangat aku tidak suka.
                “Hai yoseob-ssi.” Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menyambut uluran tangannya. Aku hanya tersenyum kecil kepadanya. Senyum paksaan lebih tepatnya. Aku lihat dia sempat tercengang melihat sikapku. Tapi, aku tidak peduli terserah dia mau berpikir apa.
                “Baiklah umma kalau begitu aku tidur dulu.” Yoseob langsung pamit tidur pada ibunya. Aku melihatnya. Ada sepercik rasa bersalah pada diriku. Kenapa aku terlihat begitu membencinya?Padahal aku saja baru kenal dengannya.
                “Eunji-ah...kenapa kau melamun?” Jung umma menyadarkanku.
                “Tidak apa-apa umma. Mungkin aku lelah saja.” aku tertawa kecil padanya.
                “Oh kau lelah? Kalau begitu tidur saja. Umma juga sepertinya sudah mulai mengantuk.” Umma tersenyum padaku sambil mengelus lembut pundakku. Jung umma benar-benar seperti ummaku. Tapi, tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan posisi ummaku.

-00-

                Untuk umma dan appaku tersayang...
                Hai umma dan appa! Aku sangat merindukan kalian. Jung ahjumma sangat baik padaku. Bahkan dia menyuruhku untuk memangginya dengan sebutan “umma”. Umma jangan cemburu ya hehehehe bagiku tidak ada yang bisa menggantikan posisi umma dan appa di hatiku. Oh ya, hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah yang baru. Doakan aku yah semoga aku bisa sukses di kota ini!^^
                Aku menutup laptopku setelah menulis e-mail kepada appa. Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Aku sangat berharap kalau hari ini adalah hari keberuntunganku. Setidaknya, aku bisa mendapatkan teman baru.
                “Eunji-ah...bagaimana kalau kau berangkat dengan Yoseob saja pagi ini? Kalian kan satu sekolahan.” Jung ahjumma bertanya padaku saat kami bertiga sedang sibuk dengan sarapan kami masing-masing.
                “Hmm...tapi umma...” aaaaaa bagaimana ini? Aku masih tidak enak dengan kejadian tadi malam. Sekarang aku harus berangkat bersama Yoseob?
                “Tidak apa-apa kok. Aku tidak akan berbuat jahat padamu.” Yoseob tiba-tiba mengeluarkan suaranya. Sepertinya, dia merasa kalau aku tidak suka padanya. Aku melirik ke arahnya. Ku liat ekspresinya datar.
                “Hahaha kau ini. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu.” Aku tertawa garing untuk mencairkan suasana. Ku lihat Jung umma juga tertawa mendengar perkataan Yoseob tadi.
                “Baiklah, kalau begitu kalian berangkat bersama yah. Yoseob jagalah Eunji. Ingat ini adalah hari pertamanya di sekolah yang baru.” Jung ahjumma memberi petuah pada Yoseob.
                “Tidak usah repot-repot umma. Aku akan baik-baik saja kok.” Jawabku meyakinkan Jung umma. Aku tidak mau kalau nanti Yoseob akan mengikutiku kemana-mana untuk menjagaku. Menyebalkan sekali.
                “Siapa juga yang mau menjaga yeoja jutek sepertimu?” Yoseob berkata acuh. Siaaaal....dia benar-benar menyebalkan.
                “Sudah sudah jangan berdebat. Ayo cepat habiskan sarapan kalian, nanti kalian terlambat.” Jung umma hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan kami berdua. Aku pun hanya bisa mendengus kesal. Sabar...sabar...kalau kau bukan anak Jung umma, mungkin sudah dari dulu aku.....ah sudahlah, rutukku dalam hati.
                Selama perjalanan menuju sekolah, aku hanya diam tidak berminat untuk memulai pembicaraan dengan Yoseob. Dia pun sepertinya sedang berkonsentrasi dengan jalanan yang sekarang ada di hadapannya. Aku sedari tadi hanya memainkan telepon genggamku sambil berkirim pesan dengan sahabatku, Bomi.
                From: Bomi
                Eunji-ah...aku iri denganmu! Kau sangat beruntung bisa bersekolah di Seoul T^T
                Aku hanya bisa menghela nafas panjang ketika membaca isi pesan Bomi. Beruntung? Ya aku memang beruntung karena bisa berkenalan dengan Jung umma. Tapi...sepertinya aku sedang tidak beruntung saat ini.
                Sent to: Bomi
                Beruntung?Sepertinya aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster
                Aku tertawa pelan ketika memencet tombol “kirim” untuk pesan tersebut. Monster? Ya...Yoseob memang pantas untuk di sebut sebagai seorang monster atau mungkin vampire?
                “Beruntung?Sepertinya aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster. Siapa yang kau maksud dengan monster?” Yoseob tiba-tiba mengulangi isi pesanku pada Bomi. Ya ampun...sejak kapan dia membaca isi pesanku? Dan sejak kapan mobil ini berhenti?
                “Kau.....benar-benar tidak sopan membaca isi pesan orang!”aku pun refleks memukul kepalanya.
                “Ya! Kenapa kau memukul kepalaku hah?” dia mengusap-usap kepalanya yang sepertinya tidak benar-benar sakit. Mungkin itu hanya aktingnya saja untuk membuatku merasa bersalah.
                “Itu karena kau tidak sopan membaca isi pesanku.” Jawabku pendek.
                “Oh begitu? Walaupun isi pesan itu sedang membicarakan diriku?” dia membalas dengan nada yang jujur...sangat menyebalkan.
                “Sudahlah lupakan. Kau merasa tidak? Kalau tidak, ya sudah.” Kenapa namja ini cerewet sekali?
                “Baiklah. Kalau begitu kau turun dari mobilku sekarang juga. Kita sudah sampai.” Yoseob memandang lurus ke depan. Sepertinya dia tidak begitu mempersoalkan masalah tadi.  Aku langsung melihat ke arah luar melalui jendela mobil. Ternyata sekolahku besar sekali......
                Aku pun turun dari mobil diikuti dengan Yoseob yang kini ada di belakangku. Aku begitu sibuk dengan rasa kagumku terhadap bangunan sekolah baruku yang benar-benar mewah sampai-sampai aku tidak sadar dengan keadaan sekitarku yang mulai berubah.
                “Lihat yeoja itu. Siapa dia? Beraninya dia berjalan di depan Yoseob oppa dengan wajah kampungannya itu.” Aku mendengar seorang yeoja berkata seperti itu kepada teman-temannya. Yeoja? Yoseob? Aku menoleh ke arah belakang. Di belakangku memang ada Yoseob....dan di depan Yoseob cuman ada aku seorang.
                “Siapa sih dia?pssts...ssspsst.” sepertinya semua orang mulai membicaraanku. Ada apa ini? Siapa sebenarnya Yoseob?Aku sibuk dengan pikiranku sendiri

-00-

                “Hey apakah kau sudah melihatnya?”Yeoja itu meremas ujung bajunya sendiri ketika mendengar pertanyaan itu.
                “Kau...tutup mulutmu! Aku sudah melihatnya. Tanpa kau beri tau juga aku sudah melihatnya.” Yeoja itu sepertinya sedang marah. Atau lebih tepatnya sangat marah.
                “Baiklah...maaf. Jangan marah padaku---“ Tuuut.......sambungan telepon itu pun terputus secara tiba-tiba.
                “Lihat saja nanti...” yeoja itu pun berbicara dengan dirinya sendiri sambil menyunggingkan sebelah bibirnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

-00-
               
Hayooo...seperti biasa author hanya mengingatkan "jangan lupa kritik dan saran untuk author ya" karena sesungguhnya kritik dan saran kalian sangat bermanfaat buat author. Terimakasih:)
                

1 komentar:

rahm said...

ff nya bagus, lanjut yaw. Aku penasaran sama ceritanya. Keep writing. :))

Post a Comment

Friday, February 22, 2013

[FF EunSeob] A Short Journey

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 7:33 PM



Author : @nisamanda

Genre : Romance

Cast :

Jung Eunji

Yang Yoseob

Other Cast yang masih samar-samar(?)

Length : Chapter

Rate : PG 13

ANNYEOOOOOOONG!!!! Author balik nih dengan FF chapter baru. Pasti pada bingung yah kenapa Author bikin FF Chapter lagi sedangkan FF Monster pun belum ada kelanjutannya? Sebenernya...author udah mulai ngelanjutin sih tapi masih pengen bikin kalian kepo aja muehehehe :p Yaudah, FF ini author buat dari pengalaman pribadi(?) temen author di RP. Enjoy it jangan lupa kritik dan sarannya yah^^

-00-



                Seorang gadis duduk sendirian di sebuah halte bus yang terletak di sebuah jalan kecil di kota Busan. Sedari tadi, dia sibuk melihat jam yang berwarna biru muda di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang KST. Namun, bus yang dari tadi dia tunggu belum datang juga. Dia tidak begitu khawatir kalau pun bus itu nantinya tidak akan datang untuk menjempunya juga. Toh, dia memang tidak mau pergi dari kota itu.
                Ya...kalau bukan karena sesuatu hal, mungkin dia tidak akan pernah pergi dari kota kecil ini. Kota yang sangat dicintainya, kota yang menjadi saksi semua cerita hidupnya.  Juga kota yang mengenalkannya pada orang-orang yang sangat dia sayangi hingga saat ini. Termasuk sahabatnya, Yoon Bomi.
                Sepertinya, hari ini bukan hari keberuntungannya. Sebuah bus berwarna kuning berhenti di depannya saat ini. Dia sempat ragu-ragu ketika hendak naik ke dalam bus tersebut. Tapi...sedetik kemudian pikirannya pun berubah. Dengan berat hati, akhirnya dia pun memandang kota Busan dari dalam bus tersebut dengan wajah sendunya.

-00-

Eunji POV

                Namaku Eunji. Lebih lengkapnya adalah Jung Eunji. Saat ini, aku adalah siswi yang duduk di bangku akhir sekolah menengah atas di Kota Seoul. Sebenarnya...ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Aku adalah murid pindahan dari Busan. Busan, sebuah kota kecil yang sangat aku cintai.
                Sebenarnya aku terpaksa pindah ke sini karena suatu alasan. Orang tuaku sudah pensiun dari pekerjaannya. Mereka sepertinya kurang sanggup untuk membiayaiku kuliah nanti. Tapi, untungnya ada teman baik umma dan appa di Seoul yang bersedia untuk membiayai kuliahku sampai aku lulus nanti. Hanya syaratnya aku harus tinggal di sana untuk menemaninya. Kata appa dari dulu ia menginginkan anak perempuan. Tapi, sayangnya Tuhan berkehendak lain. Seumur hidupnya, dia hanya mempunyai seorang anak. Itu pun anak laki-laki. Padahal kenyataannya dia sangat menginginkan anak perempuan.
                Makanya, ketika mendengar keadaan appaku, sahabat appaku itu sangat berharap agar dirinya bisa mengurusku. Mulanya, appa dan umma sangat ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Mereka sangat sedih bila harus tinggal berjauhan denganku, tapi di sisi lain mereka sangat peduli dengan masa depanku. Lagipula, aku adalah seorang anak manja. Namun, akhirnya hati mereka luluh juga oleh segala rayuan yang diluncurkan oleh Nyonya Jung, nama sahabat appa tersebut.
                Setelah menempuh beberapa jam perjalanan yang lumayan meleleahkan, aku pun akhirnya sampai di Seoul. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali pergi ke kota ini. Tapi, tetap saja aku masih merasa “wah” ketika melihat deretan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di sisi-sisi kota. Aku tidak percaya...akhirnya aku bisa tinggal di sini.
                Turun dari bus, aku langsung mencari taksi untuk menuju rumah Jung ahjumma. Setelah berkeliling-keliling lumayan lama, aku pun akhirnya sampai di rumah Jung ahjumma. Aku sempat terpana melihat kemewahan rumah beliau. Benar-benar rumah yang sangat indah! Dengan segala tatanan rumah bergaya klasik dan terdapat patung berbentuk manusia yang terletak di pelataran rumahnya.
                Aku pun mengetuk pintu rumah tersebut dengan hati-hati. Rumah tersebut memang tidak memiliki pagar. Aku sempat berpikir bagaimana kalau suatu hari nanti ada orang jahat yang berniat untuk merampok isi rumah ini. Tapi semua pertanyaanku pun terjawab ketika melihat seperangkat cctv yang berada di setiap sudut rumah bagian luar.
                Satu menit...dua menit...tiga menit...tetap tidak ada jawaban. Aku pun melihat keadaan sekelilingku, berharap ada orang yang akan menolongku untuk masuk ke rumah ini dengan aman. Aku baru sadar ketika melihat sebuah bel yang menempel di tembok sebelah pintu tersebut. Jung Eunji...kau benar-benar bodoh! Kenapa dari tadi aku tidak menggunakan bel ini saja? rutukku dalam hati. Setelah memencet bel tersebut, pintu besar itu pun terbuka lalu terlihat seorang wanita tua yang memandangku sambil tersenyum. Apakah itu Jung ahjumma?
                “Annyeong.” Sapaku ramah sambil membungkuk kepada wanita tersebut.
                “Annyeong. Apakah kau nona eunji?” dia membalas sapaanku dengan ramah.
                “Ne...aku adalah Eunji.” Aku mengangguk antusias.
                “Baiklah nona eunji...silahkan masuk.” Wanita itu pun kemudian menuntunku masuk ke dalam rumah tersebut. Ternyata rumah tersebut tidak hanya terlihat bagus dari luarnya saja. Interior yang ada di dalam rumah tersebut juga ternyata sangat indah. Aku sangat terkagum-kagum di buatnya.
                “Nona eunji...perkenalkan namaku adalah Lee Hyeonra. Aku adalah kepala pembantu rumah tangga di sini.” Dia memperkenalkan diri saat mengajakku masuk ke dalam rumah.
                “Bangapseumnida...oh ya bagaimana dengan pemilik rumah ini? Apakah aku bisa bertemu dengannya?” tanyaku hati-hati kepada Lee ahjumma.
                “Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya.” Jawabnya sambil membukakan sebuah pintu besar berwarna putih yang terletak di tengah ruangan. Ketika di buka, ternyata terdapat sebuah rak buku besar yang terlihat dari luar ruangan. Di pojok ruangan, terdapat sebuah sofa yang diduduki oleh seorang wanita yang sedang sibuk membaca bukunya. Lee ahjumma pun mengajakku untuk mendekati wanita tersebut.
                “Nyonya...dia yang kau tunggu sudah datang.” Kata Lee ahjumma sambil menunjukku. Wanita tersebut pun melihat ke arahku, dia sempat memperhatikanku dari atas sampai bawah. Tak lama kemudian dia pun tersenyum.
                “Annyeong. Perkenalkan...aku adalah Jung Hyeri teman ayah dan ibumu.” tanyanya lembut kepadaku sambil memperkenalkan diri. Oh...jadi ini adalah Jung ahjumma. Cantik. Masih terlihat muda walaupun sebenarnya umurnya sudah berkepala lima.
                “Annyeong Nyonya Jung...mohon bantuannya.”aku berkata hati-hati kepadanya. Aku takut omonganku akan menyinggung perasaannya. Ku lihat dia menyipitkan matanya sambil memandangku.
                “Nyonya? Kenapa kau memanggilku seperti itu? Panggil aku umma. Anggap saja aku adalah umma angkatmu.” aku terdiam. Sungguh baik sekali wanita ini. Aku terharu.
                “Ba...baiklah umma.” aku gugup ketika pertama kali memanggilnya seperti itu.
                “Jangan gugup seperti itu Eunji-ah...anggap saja ini adalah rumahmu sendiri.” dia mengelus rambutku yang kini sedang duduk di sebelahnya. Dia mulai banyak bercerita padaku bahwa dia dari dulu sebenarnya sangat menginginkan anak perempuan hadir di tengah-tengah keluarganya. Saat tahun ke tiga usia pernikahannya, ternyata dia mendapatkan seorang anak laki-laki. Dia tidak pernah menyesal akan itu dan dia masih percaya bahwa suatu saat nanti Tuhan pasti akan memberikannya seorang anak perempuan yang cantik. Tapi, sepertinya harapannya itu sia-sia karena dua tahun setelahitu, rahim yang ada di kandungannya di angkat karena dirinya menderita penyakit kanker rahim.
                “Setelah suamiku meninggal, kini umma hanya hidup berdua dengan Yoseob saja. Tapi, umma merasa sangat kesepian saat ini. Yoseob sering pulang malam bahkan dia jarang bertemu dengan umma.” Lanjutnya dengan mimik muka yang sedih.
                “Ya ampun ahjumma memangnya dia pergi kemana saja setiap hari?”tanyaku kepadanya. Aku benar-benar gemas dengan anak lelaki Jung umma tersebut. Apa dia tidak bersyukur mempunya ibu sebaik Jung umma?
                “Dia sibuk bermain dengan teman-temannya. Padahal sebentar lagi dia akan menghadapi ujian akhir. Kalau saja appa nya masih ada...” omongan Jung umma pun terputus. Pandangannya menerawang ke depan. Aku tau hatinya sedih saat ini. Ibu mana yang tega untuk bersikapn keras pada anaknya? Memang...peran ayah sangat penting dalam suatu keluarga. Aku jadi rindu ayahku.
                “Sudahlah umma...sekarang kan sudah ada aku. Aku akan menemani umma disini. Oh ya apakah umma sudah makan?” aku menghibur Jung umma.
                “Ah kau ini manis sekali eunji-ah. Umma belum makan. Bagaimana kalau kita makan bersama?” umma terlihat lebih ceria daripada sebelumnya. Sepertinya, dia terhibur dengan kedatanganku.
                “Kajja umma kita makan!” aku pun menarik tangan Jung umma dengan jurus maut aegyoku. Jung umma pun pasrah dan akhirnya menemaniku untuk pergi ke ruang makan. Aku berjanji akan membuat Jung ahjumma terus tersenyum mulai dari sekarang.

-00-

                Yoseob POV
                Aku memasuki halaman rumahku dengan tidak bersemangat. Aku sangat bosan bila berada di sini. Hanya berdua dengan umma saja, itu pun umma sibuk dengan dunianya sendiri. Buku? Apa menariknya dunia itu? Kalau aku tidak sayang dengan umma, mungkin sudah dari dulu aku ingin hidup sendiri. Hidup di apartement seperti kebanyakan teman-temanku. Menurutku hidup mereka sangat indah sekali. Bebas....tidak ada yang mengatur, sepertiku.
                Aku membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci. Mungkin Lee ahjumma sudah hafal dengan jam pulangku yang sangat larut untuk remaja seusiaku. Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan bingung. Biasanya, ketika aku masuk keadaan rumah sudah gelap gulita dan hanya ada sedikit sumber cahaya yang berasal dari lampu meja yang terletak di pojok ruang tamu. Tapi, keadaan yang aku lihat sekarang sangat berbeda! Aku melihat keadaan rumah saat ini masih terang benderang dan ada....suara umma?
                Dengan rasa penasaran, aku pun menuju ruang keluarga. Aku mendengar suara umma dan seseorang sedang tertawa. Biasanya, di jam seperti ini umma sudah tidur.
                “Aku pulang.” aku memberi salam ketika berdiri di belakang sofa yang sedang diduduki oleh umma dan seseorang. Umma pun berbalik ketika mendengar suaraku.
                “Oh...kau sudah pulang?” umma tersenyum kepadaku. Aku sepertinya sudah lama sekali tidak melihatnya tersenyum seperti itu.
                “Sudah umma. Umma kenapa belum tidur?” aku melirik seorang gadis yang sekarang tengah memperhatikanku. Siapa dia? Apakah dia pembantu baru di rumah ini? Sepertinya tidak mungkin. Kalau memang dia pembantu baru, kenapa dia berani sekali untuk duduk di sebelah rumah. Rasanya tidak mungkin.
                “Umma sedang asyik menonton acara komedi ini bersama dengan Eunji. Oh ya perkenalkan dia Jung Eunji. Dia anak teman umma yang waktu itu umma ceritakan dulu.” Aku mengangguk-angguk ketika mendengar penjelasan umma. Oh...jadi dia itu Eunji yang dulu diceritakan umma? Aku kira umma hanya bercanda ketika mengatakan bahwa akan ada seorang gadis yang tinggal di sini.
                “Oh begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Aku menyodorkan tanganku kepadanya untuk berkenalan.
                “Hai yoseob-ssi.” Dia membalas sapaanku tanpa menyambut tanganku sama sekali. Ekspresinya dingin...dia tersenyum, tapi terlihat jelas bahwa senyumnya itu hanya sebuah senyum paksaan. Aku menurunkan tanganku. Umma juga terlihat bingung dengan sikap eunji padaku. Apakah dia benci kepadaku?

-00-

                Eunji POV
                “Aku pulang.” Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah belakangku. Sejak tadi, aku dan Jung umma memang sibuk menonton sebuah acara komedi di televisi. Jung ahjumma sepertinya sangat bahagia, terlihat dari tawanya yang benar-benar lepas.
                Aku dan Jung ahjumma refleks menoleh ke belakang. Ternyata suara itu berasal dari seorang namja yang sepertinya aku tau siapa dia. Aku memperhatikannya dari atas ke bawah ketika dia mengajak ngobrol ibunya, atau lebih tepatnya mungkin hanya berbasa-basi belaka. Sungguh, dari awal bertemu saja aku sudah tidak begitu suka dengannya. Bertahun-tahun dia seperti ini, aku sangat kasihan dengan Jung ahjumma.
                “Oh begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Dia tiba-tiba menyodorkan tanganku kepadanya untuk berkenalan. Aku bingung harus membalas uluran tangannya atau tidak karena sikapnya itu yang sangat aku tidak suka.
                “Hai yoseob-ssi.” Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menyambut uluran tangannya. Aku hanya tersenyum kecil kepadanya. Senyum paksaan lebih tepatnya. Aku lihat dia sempat tercengang melihat sikapku. Tapi, aku tidak peduli terserah dia mau berpikir apa.
                “Baiklah umma kalau begitu aku tidur dulu.” Yoseob langsung pamit tidur pada ibunya. Aku melihatnya. Ada sepercik rasa bersalah pada diriku. Kenapa aku terlihat begitu membencinya?Padahal aku saja baru kenal dengannya.
                “Eunji-ah...kenapa kau melamun?” Jung umma menyadarkanku.
                “Tidak apa-apa umma. Mungkin aku lelah saja.” aku tertawa kecil padanya.
                “Oh kau lelah? Kalau begitu tidur saja. Umma juga sepertinya sudah mulai mengantuk.” Umma tersenyum padaku sambil mengelus lembut pundakku. Jung umma benar-benar seperti ummaku. Tapi, tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan posisi ummaku.

-00-

                Untuk umma dan appaku tersayang...
                Hai umma dan appa! Aku sangat merindukan kalian. Jung ahjumma sangat baik padaku. Bahkan dia menyuruhku untuk memangginya dengan sebutan “umma”. Umma jangan cemburu ya hehehehe bagiku tidak ada yang bisa menggantikan posisi umma dan appa di hatiku. Oh ya, hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah yang baru. Doakan aku yah semoga aku bisa sukses di kota ini!^^
                Aku menutup laptopku setelah menulis e-mail kepada appa. Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Aku sangat berharap kalau hari ini adalah hari keberuntunganku. Setidaknya, aku bisa mendapatkan teman baru.
                “Eunji-ah...bagaimana kalau kau berangkat dengan Yoseob saja pagi ini? Kalian kan satu sekolahan.” Jung ahjumma bertanya padaku saat kami bertiga sedang sibuk dengan sarapan kami masing-masing.
                “Hmm...tapi umma...” aaaaaa bagaimana ini? Aku masih tidak enak dengan kejadian tadi malam. Sekarang aku harus berangkat bersama Yoseob?
                “Tidak apa-apa kok. Aku tidak akan berbuat jahat padamu.” Yoseob tiba-tiba mengeluarkan suaranya. Sepertinya, dia merasa kalau aku tidak suka padanya. Aku melirik ke arahnya. Ku liat ekspresinya datar.
                “Hahaha kau ini. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu.” Aku tertawa garing untuk mencairkan suasana. Ku lihat Jung umma juga tertawa mendengar perkataan Yoseob tadi.
                “Baiklah, kalau begitu kalian berangkat bersama yah. Yoseob jagalah Eunji. Ingat ini adalah hari pertamanya di sekolah yang baru.” Jung ahjumma memberi petuah pada Yoseob.
                “Tidak usah repot-repot umma. Aku akan baik-baik saja kok.” Jawabku meyakinkan Jung umma. Aku tidak mau kalau nanti Yoseob akan mengikutiku kemana-mana untuk menjagaku. Menyebalkan sekali.
                “Siapa juga yang mau menjaga yeoja jutek sepertimu?” Yoseob berkata acuh. Siaaaal....dia benar-benar menyebalkan.
                “Sudah sudah jangan berdebat. Ayo cepat habiskan sarapan kalian, nanti kalian terlambat.” Jung umma hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan kami berdua. Aku pun hanya bisa mendengus kesal. Sabar...sabar...kalau kau bukan anak Jung umma, mungkin sudah dari dulu aku.....ah sudahlah, rutukku dalam hati.
                Selama perjalanan menuju sekolah, aku hanya diam tidak berminat untuk memulai pembicaraan dengan Yoseob. Dia pun sepertinya sedang berkonsentrasi dengan jalanan yang sekarang ada di hadapannya. Aku sedari tadi hanya memainkan telepon genggamku sambil berkirim pesan dengan sahabatku, Bomi.
                From: Bomi
                Eunji-ah...aku iri denganmu! Kau sangat beruntung bisa bersekolah di Seoul T^T
                Aku hanya bisa menghela nafas panjang ketika membaca isi pesan Bomi. Beruntung? Ya aku memang beruntung karena bisa berkenalan dengan Jung umma. Tapi...sepertinya aku sedang tidak beruntung saat ini.
                Sent to: Bomi
                Beruntung?Sepertinya aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster
                Aku tertawa pelan ketika memencet tombol “kirim” untuk pesan tersebut. Monster? Ya...Yoseob memang pantas untuk di sebut sebagai seorang monster atau mungkin vampire?
                “Beruntung?Sepertinya aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster. Siapa yang kau maksud dengan monster?” Yoseob tiba-tiba mengulangi isi pesanku pada Bomi. Ya ampun...sejak kapan dia membaca isi pesanku? Dan sejak kapan mobil ini berhenti?
                “Kau.....benar-benar tidak sopan membaca isi pesan orang!”aku pun refleks memukul kepalanya.
                “Ya! Kenapa kau memukul kepalaku hah?” dia mengusap-usap kepalanya yang sepertinya tidak benar-benar sakit. Mungkin itu hanya aktingnya saja untuk membuatku merasa bersalah.
                “Itu karena kau tidak sopan membaca isi pesanku.” Jawabku pendek.
                “Oh begitu? Walaupun isi pesan itu sedang membicarakan diriku?” dia membalas dengan nada yang jujur...sangat menyebalkan.
                “Sudahlah lupakan. Kau merasa tidak? Kalau tidak, ya sudah.” Kenapa namja ini cerewet sekali?
                “Baiklah. Kalau begitu kau turun dari mobilku sekarang juga. Kita sudah sampai.” Yoseob memandang lurus ke depan. Sepertinya dia tidak begitu mempersoalkan masalah tadi.  Aku langsung melihat ke arah luar melalui jendela mobil. Ternyata sekolahku besar sekali......
                Aku pun turun dari mobil diikuti dengan Yoseob yang kini ada di belakangku. Aku begitu sibuk dengan rasa kagumku terhadap bangunan sekolah baruku yang benar-benar mewah sampai-sampai aku tidak sadar dengan keadaan sekitarku yang mulai berubah.
                “Lihat yeoja itu. Siapa dia? Beraninya dia berjalan di depan Yoseob oppa dengan wajah kampungannya itu.” Aku mendengar seorang yeoja berkata seperti itu kepada teman-temannya. Yeoja? Yoseob? Aku menoleh ke arah belakang. Di belakangku memang ada Yoseob....dan di depan Yoseob cuman ada aku seorang.
                “Siapa sih dia?pssts...ssspsst.” sepertinya semua orang mulai membicaraanku. Ada apa ini? Siapa sebenarnya Yoseob?Aku sibuk dengan pikiranku sendiri

-00-

                “Hey apakah kau sudah melihatnya?”Yeoja itu meremas ujung bajunya sendiri ketika mendengar pertanyaan itu.
                “Kau...tutup mulutmu! Aku sudah melihatnya. Tanpa kau beri tau juga aku sudah melihatnya.” Yeoja itu sepertinya sedang marah. Atau lebih tepatnya sangat marah.
                “Baiklah...maaf. Jangan marah padaku---“ Tuuut.......sambungan telepon itu pun terputus secara tiba-tiba.
                “Lihat saja nanti...” yeoja itu pun berbicara dengan dirinya sendiri sambil menyunggingkan sebelah bibirnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

-00-
               
Hayooo...seperti biasa author hanya mengingatkan "jangan lupa kritik dan saran untuk author ya" karena sesungguhnya kritik dan saran kalian sangat bermanfaat buat author. Terimakasih:)
                

1 komentar on "[FF EunSeob] A Short Journey"

rahm on August 9, 2013 at 1:03 AM said...

ff nya bagus, lanjut yaw. Aku penasaran sama ceritanya. Keep writing. :))

Post a Comment

 

Why So Serious? Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review