Friday, June 7, 2013

goodbye?

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 6:47 PM 0 komentar
goodbye? aku gatau ini beneran kata terakhir yang harus aku ucapin buat kamu apa bukan. yang jelas...makasih buat 12 bulan kurang yang sangat menyenangkan ini. aku bersyukur...di akhir-akhir masa putih abu-abuku aku masih bisa ngerasain yang namanya jadi secret admirer/? wkwkwk iya seorang secret admirer yang sebenernya......orang-orang udah tau sih aku sukanya sama siapa-_- 

kalo inget kejadian waktu itu, rasanya aku pengen ngelempar meja/??? aku tau aku bego, aku tau aku terlalu polos.......................ya mungkin lebih tepatnya terlalu bodoh. dalam waktu kurang lebih 12 bulan ini, aku bisa belajar banyak hal soal cinta. mungkin yang paling berkesan itu pengalamanku saat di dunia role player. 

walaupun aku ga sama sekali suka beneran sama coupleku di rp, tapi rasa sayang itu ga mungkin ga ada. dari sana aku belajar arti ketulusan dan kesabaran. mungkin selama ini, aku emang childish buat mantanku yang dulu. aku selalu ingin menang sendiri. 

tapi...setelah merasakan bagaimana ketika aku di posisi orang itu, aku akhirnya mulai sadar. ternyata dalam suatu hubungan, emang perlu "pengertian dan mengalah satu sama lain". janji deh...nanti kalo punya pacar lagi gabakal ditinggal twitteran kaya dulu lagi-_____-v

tapi sebenernya, pengalaman di masa akhir-akhir SMA ini itu....pas aku suka sama seseorang. gatau cuman kebetulan, gatau apa emang takdir aku bisa ketemu lagi sama temenku waktu SMP dulu. malah kmrn kami sempet satu kelas. padahal dulu waktu masih SMP, aku ga kenapa-kenapa kok serius aku malah biasa aja-_-

tapi ya namanya juga cinta...siapa yang tau sih besok dan seterusnya kita bisa suka sama siapa hahaha=))

sebenernya, dalam 12 bulan kurang ini dia pasti udah tau semuanya. tapi......ya gimana ya dia nya juga biasa aja. yaudah sih wkwkwkwkw=_=

sekarang...dia mau pergi jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh. sebenernya, aku masih bisa ketemu dia lagi pas tanggal 22 juni nanti, di acara promnite sekolahku. tapi...kayanya aku gabisa ikut deh;----; hehehehe

udah fix sih aku terakhir ketemu sama dia kemaren pas acara perpisahan sekolah. tau ga?dia ganteng. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA;---; aku selama ini gapernah bisa bilang cowo itu ganteng, walopun dia pacarku sendiri. eh engga sih.....MINHO GANTENG:"""""D

jadi ke minho haahhaha-_- hey kamu...iya kamu! awalnya, aku emang tertarik sama kamu gara-gara kamu mirip minho. emang sih kata orang-orang gantengan Minho daripada kamu...tapi lama-lama aku malah lebih suka sama kamu daripada Minho,_____,

kapan ya kita ketemu lagi?aku ga yakin hehehe kecuali ada reunian sekolah kali ya hfrffffrt tapi itu juga mungkin pas kamu udah bawa anak kamu, terus aku bawa suami aku/????BAHAHAHAH=_=

ya intinya kita gabakal ketemu lagi. tau ga............impian aku cuman satu sekarang. aku pengen fotobox berdua sama kamu sblm kamu beneran pergi abis ini. tapi gabakal mungkin deh-_- hehehehehe

Friday, March 29, 2013

When You're Gone :(

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 9:38 AM 0 komentar


I always needed time on my ownI never thought I'd need you there when I cryAnd the days feel like years when I'm aloneAnd the bed where you lie is made up on your side
When you walk away I count the steps that you takeDo you see how much I need you right now?
When you're goneThe pieces of my heart are missing youWhen you're goneThe face I came to know is missing too
When you're goneThe words I need to hear to always get me throughThe day and make it okI miss you
I've never felt this way beforeEverything that I do reminds me of youAnd the clothes you left, they lie on the floorAnd they smell just like you, I love the things that you do
When you walk away I count the steps that you takeDo you see how much I need you right now?
When you're goneThe pieces of my heart are missing youAnd when you're goneThe face I came to know is missing too
And when you're goneThe words I need to hear to always get me throughThe day and make it okI miss you
We were made for each otherOut here foreverI know we were, yeah
And all I ever wanted was for you to knowEverything I'd do, I'd give my heart and soulI can hardly breathe I need to feel you here with me, yeah
When you're goneThe pieces of my heart are missing youAnd when you're goneThe face I came to know is missing too
And when you're goneAll the words I need to hear will always get me throughThe day and make it okI miss you

Saturday, March 2, 2013

[FF Special] Happy Birthday...Park Chorong!

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 8:07 PM 1 komentar


Author : @nisamanda

Genre : Romance

Cast :

Park Chorong

Choi Minho

Lauren Lunde

Length : OS

Rate : PG 13

HAI..............!!! SINGKAT AJA YA. FF INI AUTHOR BIKIN SPESIAL BUAT CHORONG UNNIE YANG TANGGAL 3 MARET INI ULANG TAUN. SEMOGA KALIAN SUKA^^


-00-


“Hoam.....” sinar matahari sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam kamarku melalui celah-celah jendela yang entah sejak kapan tirainya mulai terbuka.  Aku pun menggeliat sebentar. Sepertinya, aku bangun terlalu siang hari ini. Kenapa mereka tidak membangunkanku?
                Aku bangun dengan raut wajah yang agak sedikit berantakan, seperti keadaan rambutku saat ini. Setelah merasa sudah benar-benar sadar, aku pun berjalan menuju keluar kamar bermaksud untuk melakukan aktivitas pagiku yaitu mengomel pada member-member A Pink lainnya.
                Tapi ketika aku sudah siap-siap untuk melancarkan semua aksiku, aku melihat sesuatu yang janggal. Dorm A Pink sepi! Tidak ada satupun orang di ruang TV. Kemudian aku pun berjalan menuju dapur. Biasanya pagi-pagi seperti ini, Namjoo dan Bomi sudah sibuk untuk memperebutkan jatah sarapan mereka masing-masing yang sepertinya tidak akan pernah cukup.
                “Kemana mereka semua? Apakah mereka semua pergi? Tapi kenapa mereka semua tidak pamit kepadaku?” aku berbicara sendiri seperti orang tidak waras. Setelah puas untuk mengomel, aku pun terduduk di sofa ruang TV. Saat ingin mengambil remote untuk menyalakan televisi, aku melihat ada secarik kertas yang tergeletak di meja tempat remote itu berada.
                Dear Chorong Eonnie yang Cantik
                Eonnie...maafkan kami. Kami ingin pergi ke pusat perbelanjaan dulu untuk menghibur diri dulu dari segala aktivitas A Pink yang sangat padat selama ini. Sebenarnya, kami semua ingin mengajakmu. Tapi bagaimana lagi? Kau terlihat sangat lelah jadi kami tidak berani untuk mengganggumu. Jangan lupa bereskan rumah ya eonnie^^ kami menyayangimu hihihi
                Dari: Kami yang menyanyangimu ^o^
                Aaarrgggh sial! Mereka semua mengerjaiku. Aku membayangkan, pasti mereka semua sekarang sedang bersenang-senang. Sedangkan aku? Harus terdampar disini sendirian sambil membersihkan rumah. Tuhan...kenapa mereka semua tega sekali padaku? Bukankah aku selama ini selalu baik pada mereka?
-00-

                “Hahaha pasti chorong eonnie sekarang sedang menangis karena membaca memo dari kita.” kata Bomi sambil tertawa puas. Member A Pink lainnya pun langsung melihat ke arahnya.
                “Aku sebenarnya tidak tega melakukan semua ini. Kalau saja hari ini bukan hari spesialnya.” komentar Naeun sambil menundukan kepalanya. Mereka semua langsung terdiam dan ikut tertunduk juga. Sebenarnya, mereka semua berpikiran sama. Tidak ada yang pernah tega untuk mengerjai sang leader. Leader mereka tersebut, walaupun kadang-kadang galak tapi nyatanya dia sangat sayang tehadap semua member lain yang umurnya lebih muda daripada dia. Eunji, Bomi, Naeun, Yookyung, Namjoo, dan Hayoung pun juga sangat menyayangi Chorong. Kalau saja hari ini bukan tanggal 3 Maret...mungkin mereka tidak akan pernah berpikir untuk melakukan ini semua.
                “Ya! Kalian semua jangan sedih seperti ini. Kita harus tega pada Chorong eonnie. Ingat, hari ini kita akan memberikan kejutan padanya.” Eunji tiba-tiba bersuara. 3 Maret? Ingatkah kalian ada apa hari ini? Ya hari ini adalah hari ulang tahun Chorong. Dan mereka semua disini sekarang bersiap-siap untuk memberikan kejutan pada leadernya tersebut.
                “Baiklah...jadi apa yang akan kita lakukan hari ini?” Hayoung yang dari tadi diam akhirnya bertanya dengan nada polos.
                “Kita lihat saja nanti. Aku yakin Chorong eonnie pasti akan menyukainya.” jawab Bomi sambil tersenyum evil.

-00-

                Chorong POV
                Akhirnya....setalah sejak tadi pagi aku sibuk membersihkan seisi rumah, aku pun bisa duduk santai untuk beristirahat. Aku melihat sekelilingku yang tampak lebih baik. Aku mengerti kenapa ada pribahasa yang mengatakan bahwa “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.” Ternyata, membersihkan rumah secara bersama-sama lebih mudah ketimbang mengerjakan semuanya sendiri.
                Biasanya aku yang  bertugas untuk membagi pekerjaan rumah pada masing-masing member. Eunji tugasnya menyapu. Naeun membersihkan kaca. Bomi mengepel lantai. Yookyung membereskan ruang TV. Sedangkan, Namjoo dan Hayoung bertugas untuk memasak juga mencuci piring. Aku jadi merindukan mereka. Mereka pasti sekarang sedang bersenang-senang tanpaku.
                Aku berniat untuk beristirahat sejenak. Baru saja aku ingin menyalakan televisi, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang dari luar. Aku pun kemudian beranjak bangun dari sofa dan berjalan menuju ke arah pintu dari luar. Semakin dekat....semakin terdengar suara tersebut. Seperti suara orang sedang menangis.
                “Huaaaa....hiks hiks hueeee” tangis itu pun makin lama terdengar semakin kencang. Aku berniat untuk membuka pintu dan melihat siapa yang sedang menangis di luar. Tapi tak lama kemudian aku ingin berubah pikiran. Aku takut kalau ternyata itu adalah suara orang yang berniat jahat padaku.
                Aku pun kemudian mengambil tongkat baseball milik Eunji yang terletak tak jauh dari tempatku berada sekarang. Aku sudah bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Ternyata....
                “Hueeeee...hiks hueeee” aku melihat seorang gadis kecil sedang menangis sambil terduduk di depan pintu dorm kami. Gadis kecil itu sepertinya sudah lama menangis dan...aku bingung bagaimana harus menghadapinya. Aku pun mendekatinya dan mengusap pipinya yang merah.
                “Adik kecil...kenapa kamu menangis?” aku bertanya sambil mengusap kepalanya. Ku lihat dia memperhatikanku sebentar kemudian tak lama dia kembali melanjutkan kegiatan menangisnya. Aku semakin bingung. Tuhan...aku harus bagaimana?
                “Cupcupcup jangan menangis sayang. Aku harus bagaimana supaya kau tidak menangis?” aku mulai frustasi. Tangisnya tak lama kemudian mulai berkurang, hanya sisa isakan yang masih ada.
                “Jadi, namamu siapa adik kecil?” tanyaku sambil tersenyum
                “Hiks...namaku Lolen.” jawabnya singkat sambil mengusap kedua matanya yang berair.
                “Hmm...jadi kenapa Lolen bisa ada disini?” tanyaku hati-hati sambil mengusap pelan rambutnya.
                “Hiks...lolen tadi disuruh tunggu disini sama eomma. Katanya eomma mau pergi sebentar. Tapi eomma perginya lama. Eomma ninggalin lolen hueeee” Lolen kembali menangis. Aku semakin bingung. Bagaimana caranya agar dia tidak menangis lagi? Memang sih panggilanku adalah Rongma. Tapi bukan berarti aku bisa dengan mudah menghentikan anak kecil yang sedang menangis seperti sekarang ini.
                “Lolen sayang jangan menangis. Bagaimana kalau lolen sekarang masuk dulu ke dalam dorm eonnie? Lalu kita bermain di dalam sambil menunggu eomma kamu datang.” Ajakku lembut kepadanya. Ku lihat tangisnya kembali berhenti. Dia melihat padaku dengan tatapan polosnya. Aigoo...lucunya anak ini.
                “Baiklah eonnie...tapi eonnie tidak akan jahat pada Lolen kan?” tanyanya dengan takut-takut. Apakah tampang polos sepertiku ini bisa dibilang tampang orang jahat? Hft lama-lama aku frustasi.
                “Tidak mungkin sayang. Eonnie orang yang baik. Kajja kita masuk.” aku pun memegang tangannya dan mengajaknya masuk. Untung keadaan dorm sudah bersih...kalau tidak aku pasti akan malu pada anak kecil ini.
                “Eonnie...apakah eonnie sendirian disini?” lolen bertanya sambil melihat keadaan sekelilingnya yang memang sepi. Aku pun menghela nafas panjang.
                “Sebenarnya tidak. Eonnie tinggal dengan 6 orang adik eonnie disini. Tapi mereka sedang pergi sekarang. Kalau mereka sudah pulang, Lolen pasti bisa bermain dengan mereka.” Ya itu juga kalau mereka pulang. Hari sudah siang tapi kenapa mereka belum pulang juga? Apakah mereka tersesat? Sepertinya tidak mungkin. Aku sebenarnya daritadi sudah menghubungi mereka. Tapi sial telepon genggam mereka tidak ada yang aktif.
                “Oh begitu...eonnie aku bosan. Aku ingin menonton.”
                “Baiklah...mari kita lihat acara TV siapa tau ada yang menarik.” Kemudian aku menyalakan televisi. Apa ini? Di hari sabtu seperti ini kenapa semua acara TV rata-rata adalah drama percintaan? Lolen tidak mungkin menonton acara seperti ini. Aku pun mencari akal. Aha! Aku tau.
                Aku berlari menuju kamar Hayoung, meninggalkan Lolen yang sepertinya sedang asyik bermain dengan remote TV. Di kamar Hayoung, ternyata berantakan sekali. Aku mencari sebuah barang. Ketika mencari, aku pun menemukan sesuatu. Sebuah tanggal berbentuk badan Rilakkuma. Karena iseng, aku mengambil tanggal tersebut. Siapa tau  Hayoung merencanakan sesuatu karena ku lihat ada beberapa tanda yang terdapat di masing-masing tanggal itu.
                Ketika sampai di bulan Maret, aku menemukan sebuah tanda di tanggal 3. Ya...itu adalah hari ulang tahunku dan hari itu adalah hari ini. Namun, sepertinya mereka semua lupa dengan hari spesialku itu. Entahlah...tapi memang benar buktinya tak ada satupun teman-teman satu agency ku dari Cube yang mengucapkan selamat kepadaku. Biasanya dari pagi, para sunbae dan hoobae ku tidak pernah lupa.
                “EONNIE.......” aku tersadar dari lamunanku. Sepertinya, Lolen memanggilku. Aku pun bergegas untuk mencari barang yang aku cari. Hore! Akhirnya ketemu.
                “Mian, eonnie tadi mencari sesuatu dulu. Ini yang eonnie cari hehe.” Jawabku sambil menunjukan DVD Pororo yang sekarang ada di tanganku. Aku tau maknae masih menyimpan barang-barang seperti ini, makanya aku mencari ditempatnya.
                “Yey! Lolen suka Pororo.” Lolen berteriak senang saat aku menunjukkan DVD Pororo tersebut. Aku tau, anak-anak kecil di dunia khususnya di Korea saat ini sedang terkena demam Pororo. Menurutku, pinguin kecil itu memang lucu. Maka dari itu, tidak salah banyak orang yang menyukainya termasuk aku. Tapi...aku tidak separah Lolen sih hehehe
“Eonnie...ayo nyalakan film ini.” pinta Lolen sambil menarik bajuku.
                “Baiklah...tunggu sebentar.” Sambil memasang DVD itu, aku pun melirik jam. Ya ampun...sudah jam 12 siang dan mereka belum pulang juga? omelku dalam hati. Setelah DVD Pororo tersebut terpasang, aku pun duduk kembali di sebelah Lolen dan menemaninya menonton. Entah karena kelelahan...aku pun tertidur ketika mendengarkan musik yang dimainkan oleh kartun tersebut.
-00-
                Dering telepon genggamku, tiba-tiba saja membuatku terbangun. Aku pun langsung menjawab tanpa melihat siapa yang ada diseberang sana, yang sedang meneleponku.
                “Yeobosseyo?” tanyaku membuka percakapan.
                “Cho...ini aku Minho. Apakah kau sedang di rumah?”
                “Iya aku sedang di rumah, memangnya kenapa?” Aku menguap sebentar saat menjawabnya.    “Tidak. Aku ingin mengajakmu pergi ke taman bermain. Apakah kau sedang sibuk?”
                “Hah? Tumben sekali...sebenarnya aku sedang sibuk me-“ aku refleks menoleh ke arah sebelahku. Ya ampun....dia kemana?
                Tanpa menghiraukan Minho yang daritadi memanggil namaku di telepon,  aku tetap mencari dia. Ya! Lolen... dia kemana??? Terakhir aku meninggalkannya karena tertidur, aku ingat dia masih ada di sebelahku sambil menonton Pororo. Tapi...tapi kemana dia sekarang? Jeritku dalam hati.
                Aku mencari ke segala sudut ruangan. Tidak ada...tidak ada...aku ingin menangis. Apakah eommanya sudah menjemput dia? Tapi kenapa mereka tidak pamit dulu kepadaku?
                “Oppa...tolong aku. Cepatlah datang ke dormku sekarang juga.” aku mulai menangis ketika berbicara dengan Minho. Sebenarnya umurku dan dia tidak jauh berbeda, kita satu lines. Tapi aku sudah terbiasa sejak dulu memanggilnya oppa. Memang aneh, tapi sepertinya Minho sudah terbiasa dengan itu semua.
                “Kau kenapa cho? Baiklah aku akan ke sana sekarang juga. Jangan menangis.” Minho mencoba untuk menenangkanku. Aku terduduk lesu di sofa. Pikiranku kalut karena Lolen. Aku takut...saat tertidur tadi, dia pergi ke luar dan ternyata dia diculik oleh orang jahat! Tidak...aaaaaaargh. Aku terisak saat memikirkan itu.
                Bagaimanapun juga, walaupun baru kenal tapi sebenarnya aku sangat menyesal jika Lolen sekarang benar-benar diculik orang jahat. Aku sangat menyayangi anak kecil...membayangkannya saja sudah membuatku ingin menangis.
                Ting...Tong...Ting...Tong
                Suara bel dorm berbunyi. Itu pasti Minho! Ketika membuka pintu, tanpa bu-bi-bu(?) aku pun langsung memeluknya. Aku menangis dipelukannya. Aku takut...aku takut terjadi apa-apa dengan Lolen. Minho sepertinya kaget dan bingung. Namun,dia mencoba untuk menenangkanku dengan cara membalas pelukanku.
                “Kau...kau kenapa Cho? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau menangis?”  tanya Minho pelan sambil mengusap pelan punggungku. Aku merasa nyaman ketika dia melakukan hal itu. Minho itu sebenarnya adalah teman dekatku sejak beberapa tahun yang lalu. Kami pertama berkenalan di sebuah acara musik. Dia seperti sahabatku sendiri...aku juga tak tau kalau sekali waktu semua perasaan ini akan berubah haha pikiranku mulai kacau.
                “Jadi begini oppa...” aku menceritakan semuanya. Dari mulai pertemuan pertama dengan Lolen, sampai pada saat dia hilang secara tiba-tiba.
                “Hmm...begitu ceritanya.” Aku tiba-tiba sadar, sejak tadi posisiku belum berubah. Aku pun melepaskan pelukanku tersebut dengan salah tingkah. Aku menunduk sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Aku sangat malu sekali untuk melihat wajah Minho sekarang.
                “M..maafkan aku. Aku terlalu terbawa suasana sampai-sampai memelukmu seperti tadi oppa hehe.” Aku tersenyum garing saat melihat ekspresi wajahnya yang susah ditebak.
                “Tidak apa-apa Cho, santai saja. Oh ya jadi kau maunya bagaimana habis ini? Mencarinya?” tanya Minho sambil tersenyum hangat kepadaku.
                “Iya...sepertinya begitu. Aku akan tenang, jika nanti di luar aku melihat Lolen sudah bersama eommanya.” Jawabku sambil menundukan kepalaku dengan lemas. Tiba-tiba Minho menggenggam tangan kananku.
                “Ayo kita cari dia di luar” dia pun menarik tanganku lalu mengajakku pergi ke luar. Aku mengikutinya dengan wajah bingung. Aku pun masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Minho. Minho menyetir mobil dengan pelan supaya aku bisa melihat keadaan sekitar. Siapa tau aku bertemu dengan Lolen...hft aku menyesal. Kalau saja aku tidak meninggalkannya tidur, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.
                “Cho...apakah kau sudah makan?” suara Minho memecah keheningan.
                “Belum oppa...aku sedang tidak nafsu makan.”jawabku pendek.
                “Kau harus makan atau nanti kau akan sakit.”
                “Nanti saja oppa.”
                “Kau ini keras kepala sekali. Ini sudah sore dan kau belum makan? Oh iya bagaimana kalau kita berhenti di taman bermain yang tidak jauh dari sini. Bukankah kau suka dengan burger? Siapa tau juga kita bisa menemukan Lolen disana.” ajak Minho kepadaku sambil berkonsentrasi dengan keadaan jalan yang saat itu sedang lumayan padat.
                “Ah! Kau pintar sekali oppa. Siapa tau Lolen dan eommanya sedang bermain disitu.” Aku masih sangat berharap sekali kalau Lolen sekarang sedang bersama eommanya. Aku berharap sekali....
                “Nah...gadis pintar.” puji Minho sambil tertawa.
-00-
                Keadaan taman bermain saat itu lumayan sepi dari biasanya. Mungkin, hari ini orang-orang lebih memilih untuk jalan-jalan di pusat perbelanjaan seperti yang dilakukan dongsaeng-dongsaengku saat ini. Aku jadi teringat sesuatu. Aku kan belum minta ijin pada mereka untuk pergi. Hah...sudahlah memang mereka peduli padaku.
                “Oppa...aku lapar.” rengekku pada Minho. Aku menyesal tadi sudah mengatakan bahwa aku tidak lapar. Karena kenyataannya...aku sangat lapar sekali sekarang.
                “Baiklah. Kau tunggu sebentar disini, aku akan membelikanmu burger dulu.” Jawab Minho sambil mengacak rambutku pelan. Aku cemberut tapi tak lama kemudian aku tersenyum sambil mengangguk ke arahnya.
                Aku sibuk memainkan iPhone ku yang dari tadi tidak bersuara. Aku membaca semua pesanku. Aku tersenyum kecil saat melihat semua isi pesanku dengan Minho. Lucu sekali...dia terkadang bisa lebih dewasa daripada aku yang berumur 9 bulan di atasnya. Aku sempat menolak ketika awalnya dia ingin memanggilku noona. Menyebalkan sekali...kesannya aku 10 tahun lebih tua daripada dia.
                5 menit....10 menit...30 menit...Minho tidak juga kembali. Dia membelikanku burger di mana sih? Kenapa lama sekali? Untuk mengusir rasa bosanku, aku pun berjalan-jalan di sekitar taman itu. Taman bermain itu baru saja dibangun, dan aku belum terlalu hapal area disana. Aku berharap saat berjalan nanti aku bisa bertemu dengan Lolen ataupun Minho.
                Hari sudah mulai terasa gelap. Aku melihat jam ditanganku, ternyata sudah hampir jam 7 KST. Aku belum menemukan Minho ataupun Lolen. Ketika aku bermaksud untuk menghubunginya, aku menemukan suatu kenyataan bahwa....baterai telepon genggamku habis! Tuhan...bagaimana ini?
                “Perhatian...perhatian...bagi para pengunjung diharapkan untuk segera keluar dari taman bermain karena waktu berkunjung sudah habis.” Apa? Kenapa aku baru tau kalau taman bermain ini mempunyai batas waktu kunjung yang singkat. Aku pun semakin cemas, aku melihat sekelilingku. Gelap...aku tak tau ini dimana.
                Aku mencoba untuk mencari bangunan yang kira-kira terdapat petugas yang bisa membantuku keluar dari sini. Aku takut mereka tak tau kalau masih ada pengunjung yang terjebak disini. Aku takut...aku takut....dan aku akhirnya menangis lagi untuk kesekian kalinya hari ini. Aku terduduk sendirian di pinggir jalan yang ada di taman bermain itu. Kepalaku aku tenggelamkan di antara kedua pahaku. Aku menangis terisak disana. Aku sudah menyerah. Kenapa hari ini aku sial sekali.
                Tiba-tiba, ada sebuah tangan kecil yang mengusap kepalaku. Aku kaget, dengan perlahan aku menegakkan kepalaku untuk melihat siapa yang mengusap kepalaku. Ternyata...
                “LOLEN!!!” aku langsung memeluknya dengan erat. Ternyata anak ini tidak apa-apa. Aku bahagia sekali melihatnya sehat dan tidak terluka. Aku menangis saat memeluknya.
                “Eonnie...kenapa menangis?”tanya Lolen bingung. Aku melihat ke arahnya sambil tersenyum.
                “Eonnie tidak apa-apa sayang. Hmm...kenapa Lolen bisa ada di sini?” aku bertanya sambil mengusap pipinya yang hangat. Dia hanya tersenyum sambil menarik tanganku. Dia ingin mengajakku kemana?
                Aku semakin bingung ketika aku diajak ke suatu tempat yang gelap dan sepi. Tiba-tiba....
                “HAPPY BIRTHDAY PARK CHORONG!!!” Aku berdiri lemas saat melihat pemandangan yang ada di depanku. Semuanya...semuanya ada di depanku sekarang. Aku menangis semakin hebat saat melihat member-member A Pink, para sunbaeku di BEAST ataupun 4minutes dan teman-temanku ada di hadapanku sekarang. Mereka semua mengerjaiku sial!
                “KALIAAAAN.” Aku berlari ke arah mereka semua sambil mengajak Lolen yang daritadi tertawa melihat kelakuanku.
                “Eonnie...kenapa kau menangis?” Yookyung bertanya sambil menahan...tawanya yang menurutku sangat menyebalkan aaaargh. Ku lihat oppa-oppa ku di Beast juga tertawa puas saat melihat tampangku sekarang.
                “Kalian semua jahat padaku.” Kataku sambil menjitak kepala Bomi, Eunji, Naeun, Yookyung, Namjoo dan Hayoung. Mereka semua menggerutu kesakitan dan aku tertawa puas HAHAHA.
                “YA APPO! Eonnie kajja tiup lilinnya lalu kita potong kuenya. Aku sudah tak sabar.” ajak Namjoo sambil menunjukan wajah rakusnya.
                “Sebentar, dia...” aku melihat sekelilingku mencari seseorang.
                “Kau mencariku ya?” tiba-tiba suara seseorang menepuk pundakku.
                “Minho oppa...kau darimana saja hah? Katanya mau membelikanku burger, tapi mana?” aku bertanya kepadanya sambil cemberut.
                “Kau mau tau? Jadi begini....”
#FLASHBACK
                “Yeobosseyo?”
                “Annyeong oppa...ini aku Eunji. Bisakah kau membantu kami?”
                “Kalau aku bisa, pasti aku akan membantumu. Apa yang bisa aku bantu?”
                “Begini oppa. Tanggal 3 nanti kan Chorong eonnie akan berulang tahun. Rencanya aku dan yang lain ingin memberikan kejutan padanya.”
                “Terus...apa yang harus aku lakukan?”
                “Kau cukup mengajaknya pergi ke taman bermain yang baru dibuka itu. Nanti kau tinggalkan dia sendirian disana. Biarkan dia tersesat hahaha”
                “Kau ini jahat sekali ya. Tapi apakah dia tidak curiga kalau aku tiba-tiba mengjaknya pergi ke taman bermain?”
                “Kau tenang saja oppa. Nanti akan ada Lauren yang menjadi alasan kuat supaya dia tidak curiga saat kau mengajaknya ke taman bermain.”
                “Baiklah. Aku akan membantu kalian.”
                “Gamsahamnida oppa...aku harap kau cepat menyatakan semuanya kepada dia hahaha”
                “Menyatakan apa?”
                “Ah pikir saja sendiri. Annyeong oppa.” Eunji pun menutup sambungan telepon sambil tertawa jahil. Member-member A Pink lainnya kecuali Chorong melihatnya sambil bertanya-tanya.
                “Kenapa kau tertawa? Apakah Minho oppa mau membantu kita?” tanya Naeun penasaran.
                “Tenang saja...dia akan membantu kita.” jawab Eunji sambil mengacungkan jempolnya dan menunjukkan “eyesmile”nya.
                “Hahaha tidak percuma ya saat MAMA 2012 kemarin kau menjadi MC berpasangan dengan Minho oppa.” Bomi berkomentar sambil tertawa keras.
                “Tidak juga sih. Tapi aku yakin Minho oppa mau membantu kita karena ada sesuatu.” Semua member A Pink melihat ke arah Eunji. Mereka bingung, apa maksud dari kata-kata Eunji.
                “Sesuatu? Maksudmu?” Namjoo semakin penasaran.
                “Kita lihat saja nanti.”

#FLASHBACK END

                “YA JADI INI SEMUA JUGA ULAHMU CHOI MINHO?”  tanyaku sambil memukul pundaknya dengan pelan.
                “HAHAHA maafkan aku. Aku melakukan ini semua juga ada alasannya.” Minho tersenyum kepadaku.
                “Alasan? Alasan apa?” aku kembali bertanya sambil menunjukkan wajah bingungku.
                “Alasannya...karena aku mencintaimu. Aku ingin memberikan kenangan indah di hari ulang tahunmu yang ke 22 tahun.” Jawabnya pelan sambil memegang kedua tanganku. Deg....darahku tiba-tiba beku. Lidahku kaku tidak bisa berucap apa-apa saat mendengar kalimat itu. Dia mencintaiku? Apakah ini sebuah mimpi?
                “Oppa...kau mengerjaiku lagi yah?” tanyaku pelan sambil tertawa. Tidak...semua ini pasti ulah jahil mereka untuk mengerjaiku.
                “Tidak...aku sungguh-sungguh. Aku mencintaimu Park Chorong...would you be mine?” aku pun diam setelah mendengar kata-katanya yang keluar dari bibirnya tersebut. Semua orang yang ada disana pun diam sambil menunggu jawabanku.
                “Eonnie...ayo cepat jawab.” Lolen tiba-tiba menaruh tangannya di atas tanganku dan Minho. Aku bingung...perasaanku tidak karuan sekarang.
                “Oppa...maafkan aku tapi...”jawabku hati-hati.
                “Tapi apa? Apa kau tidak mencintaiku juga?” tanya Minho sambil menggegam tanganku makin erat.
                “Maafkan aku...karena aku mencintaimu juga.” aku berkata pelan tapi...ini semua hampir membuatku mati suri. Aku masih terus menunduk. Aku malu apalagi saat mendengar suara teman-temanku yang memberikan selamat kepadaku dan Minho.
                “Park Chorong...liat aku.” Minho mengangkat daguku. Aku pun pasrah.  Wajahku memerah saat aku melihat senyum di wajahnya. Sahabatku...selama ini yang aku anggap sahabatku, ternyata sekarang adalah namjachinguku. Tiba-tiba Minho mendekatkan wajahnya kepadaku. Aku hanya bisa menutup mata untuk menerima segala perlakuannya. Semakin lama, nafas itu semakin dekat...dan dekat...terasa di sekitar wajahku.
                “EONNIE...OPPA!!!! INGAT ADA ANAK KECIL DISINI!!!” Hayoung tiba-tiba berteriak sambil membawa pergi Lolen yang dari tadi ternyata ada di antara aku dan Minho. Hayoung langsung menutup mata Lolen.
                “Hayoung-ah...kau tidak sadar umur hah? Bukannya kau juga belum berumur 17 tahun?” kata Eunji sambil memukul kepala Hayoung yang langsung berteriak kesakitan dan mengusap-usap kepalanya. Semua orang pun tertawa melihat kelakuan mereka bedua. Minho memelukku erat sambil mengusap rambutku. Tuhan...terimakasih untuk hari ini

-00-

Author beneran envy pas nulis FF ini. Masalahnya Minho sama Chorong itu bias author semua;____; Ini FF OS author yang pertama hihihi biasanya Author nulis FF Chapter sih-_-)/ jadi maaf yah kalo ceritanya rada maksa atau gimana. Ditunggu komennya yaa readersJ Sekali lagi...Happy Birthday Chorong Eonnie! ♥
               
                


Friday, February 22, 2013

[FF EunSeob] A Short Journey

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 7:33 PM 1 komentar



Author : @nisamanda

Genre : Romance

Cast :

Jung Eunji

Yang Yoseob

Other Cast yang masih samar-samar(?)

Length : Chapter

Rate : PG 13

ANNYEOOOOOOONG!!!! Author balik nih dengan FF chapter baru. Pasti pada bingung yah kenapa Author bikin FF Chapter lagi sedangkan FF Monster pun belum ada kelanjutannya? Sebenernya...author udah mulai ngelanjutin sih tapi masih pengen bikin kalian kepo aja muehehehe :p Yaudah, FF ini author buat dari pengalaman pribadi(?) temen author di RP. Enjoy it jangan lupa kritik dan sarannya yah^^

-00-



                Seorang gadis duduk sendirian di sebuah halte bus yang terletak di sebuah jalan kecil di kota Busan. Sedari tadi, dia sibuk melihat jam yang berwarna biru muda di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang KST. Namun, bus yang dari tadi dia tunggu belum datang juga. Dia tidak begitu khawatir kalau pun bus itu nantinya tidak akan datang untuk menjempunya juga. Toh, dia memang tidak mau pergi dari kota itu.
                Ya...kalau bukan karena sesuatu hal, mungkin dia tidak akan pernah pergi dari kota kecil ini. Kota yang sangat dicintainya, kota yang menjadi saksi semua cerita hidupnya.  Juga kota yang mengenalkannya pada orang-orang yang sangat dia sayangi hingga saat ini. Termasuk sahabatnya, Yoon Bomi.
                Sepertinya, hari ini bukan hari keberuntungannya. Sebuah bus berwarna kuning berhenti di depannya saat ini. Dia sempat ragu-ragu ketika hendak naik ke dalam bus tersebut. Tapi...sedetik kemudian pikirannya pun berubah. Dengan berat hati, akhirnya dia pun memandang kota Busan dari dalam bus tersebut dengan wajah sendunya.

-00-

Eunji POV

                Namaku Eunji. Lebih lengkapnya adalah Jung Eunji. Saat ini, aku adalah siswi yang duduk di bangku akhir sekolah menengah atas di Kota Seoul. Sebenarnya...ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Aku adalah murid pindahan dari Busan. Busan, sebuah kota kecil yang sangat aku cintai.
                Sebenarnya aku terpaksa pindah ke sini karena suatu alasan. Orang tuaku sudah pensiun dari pekerjaannya. Mereka sepertinya kurang sanggup untuk membiayaiku kuliah nanti. Tapi, untungnya ada teman baik umma dan appa di Seoul yang bersedia untuk membiayai kuliahku sampai aku lulus nanti. Hanya syaratnya aku harus tinggal di sana untuk menemaninya. Kata appa dari dulu ia menginginkan anak perempuan. Tapi, sayangnya Tuhan berkehendak lain. Seumur hidupnya, dia hanya mempunyai seorang anak. Itu pun anak laki-laki. Padahal kenyataannya dia sangat menginginkan anak perempuan.
                Makanya, ketika mendengar keadaan appaku, sahabat appaku itu sangat berharap agar dirinya bisa mengurusku. Mulanya, appa dan umma sangat ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Mereka sangat sedih bila harus tinggal berjauhan denganku, tapi di sisi lain mereka sangat peduli dengan masa depanku. Lagipula, aku adalah seorang anak manja. Namun, akhirnya hati mereka luluh juga oleh segala rayuan yang diluncurkan oleh Nyonya Jung, nama sahabat appa tersebut.
                Setelah menempuh beberapa jam perjalanan yang lumayan meleleahkan, aku pun akhirnya sampai di Seoul. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali pergi ke kota ini. Tapi, tetap saja aku masih merasa “wah” ketika melihat deretan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di sisi-sisi kota. Aku tidak percaya...akhirnya aku bisa tinggal di sini.
                Turun dari bus, aku langsung mencari taksi untuk menuju rumah Jung ahjumma. Setelah berkeliling-keliling lumayan lama, aku pun akhirnya sampai di rumah Jung ahjumma. Aku sempat terpana melihat kemewahan rumah beliau. Benar-benar rumah yang sangat indah! Dengan segala tatanan rumah bergaya klasik dan terdapat patung berbentuk manusia yang terletak di pelataran rumahnya.
                Aku pun mengetuk pintu rumah tersebut dengan hati-hati. Rumah tersebut memang tidak memiliki pagar. Aku sempat berpikir bagaimana kalau suatu hari nanti ada orang jahat yang berniat untuk merampok isi rumah ini. Tapi semua pertanyaanku pun terjawab ketika melihat seperangkat cctv yang berada di setiap sudut rumah bagian luar.
                Satu menit...dua menit...tiga menit...tetap tidak ada jawaban. Aku pun melihat keadaan sekelilingku, berharap ada orang yang akan menolongku untuk masuk ke rumah ini dengan aman. Aku baru sadar ketika melihat sebuah bel yang menempel di tembok sebelah pintu tersebut. Jung Eunji...kau benar-benar bodoh! Kenapa dari tadi aku tidak menggunakan bel ini saja? rutukku dalam hati. Setelah memencet bel tersebut, pintu besar itu pun terbuka lalu terlihat seorang wanita tua yang memandangku sambil tersenyum. Apakah itu Jung ahjumma?
                “Annyeong.” Sapaku ramah sambil membungkuk kepada wanita tersebut.
                “Annyeong. Apakah kau nona eunji?” dia membalas sapaanku dengan ramah.
                “Ne...aku adalah Eunji.” Aku mengangguk antusias.
                “Baiklah nona eunji...silahkan masuk.” Wanita itu pun kemudian menuntunku masuk ke dalam rumah tersebut. Ternyata rumah tersebut tidak hanya terlihat bagus dari luarnya saja. Interior yang ada di dalam rumah tersebut juga ternyata sangat indah. Aku sangat terkagum-kagum di buatnya.
                “Nona eunji...perkenalkan namaku adalah Lee Hyeonra. Aku adalah kepala pembantu rumah tangga di sini.” Dia memperkenalkan diri saat mengajakku masuk ke dalam rumah.
                “Bangapseumnida...oh ya bagaimana dengan pemilik rumah ini? Apakah aku bisa bertemu dengannya?” tanyaku hati-hati kepada Lee ahjumma.
                “Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya.” Jawabnya sambil membukakan sebuah pintu besar berwarna putih yang terletak di tengah ruangan. Ketika di buka, ternyata terdapat sebuah rak buku besar yang terlihat dari luar ruangan. Di pojok ruangan, terdapat sebuah sofa yang diduduki oleh seorang wanita yang sedang sibuk membaca bukunya. Lee ahjumma pun mengajakku untuk mendekati wanita tersebut.
                “Nyonya...dia yang kau tunggu sudah datang.” Kata Lee ahjumma sambil menunjukku. Wanita tersebut pun melihat ke arahku, dia sempat memperhatikanku dari atas sampai bawah. Tak lama kemudian dia pun tersenyum.
                “Annyeong. Perkenalkan...aku adalah Jung Hyeri teman ayah dan ibumu.” tanyanya lembut kepadaku sambil memperkenalkan diri. Oh...jadi ini adalah Jung ahjumma. Cantik. Masih terlihat muda walaupun sebenarnya umurnya sudah berkepala lima.
                “Annyeong Nyonya Jung...mohon bantuannya.”aku berkata hati-hati kepadanya. Aku takut omonganku akan menyinggung perasaannya. Ku lihat dia menyipitkan matanya sambil memandangku.
                “Nyonya? Kenapa kau memanggilku seperti itu? Panggil aku umma. Anggap saja aku adalah umma angkatmu.” aku terdiam. Sungguh baik sekali wanita ini. Aku terharu.
                “Ba...baiklah umma.” aku gugup ketika pertama kali memanggilnya seperti itu.
                “Jangan gugup seperti itu Eunji-ah...anggap saja ini adalah rumahmu sendiri.” dia mengelus rambutku yang kini sedang duduk di sebelahnya. Dia mulai banyak bercerita padaku bahwa dia dari dulu sebenarnya sangat menginginkan anak perempuan hadir di tengah-tengah keluarganya. Saat tahun ke tiga usia pernikahannya, ternyata dia mendapatkan seorang anak laki-laki. Dia tidak pernah menyesal akan itu dan dia masih percaya bahwa suatu saat nanti Tuhan pasti akan memberikannya seorang anak perempuan yang cantik. Tapi, sepertinya harapannya itu sia-sia karena dua tahun setelahitu, rahim yang ada di kandungannya di angkat karena dirinya menderita penyakit kanker rahim.
                “Setelah suamiku meninggal, kini umma hanya hidup berdua dengan Yoseob saja. Tapi, umma merasa sangat kesepian saat ini. Yoseob sering pulang malam bahkan dia jarang bertemu dengan umma.” Lanjutnya dengan mimik muka yang sedih.
                “Ya ampun ahjumma memangnya dia pergi kemana saja setiap hari?”tanyaku kepadanya. Aku benar-benar gemas dengan anak lelaki Jung umma tersebut. Apa dia tidak bersyukur mempunya ibu sebaik Jung umma?
                “Dia sibuk bermain dengan teman-temannya. Padahal sebentar lagi dia akan menghadapi ujian akhir. Kalau saja appa nya masih ada...” omongan Jung umma pun terputus. Pandangannya menerawang ke depan. Aku tau hatinya sedih saat ini. Ibu mana yang tega untuk bersikapn keras pada anaknya? Memang...peran ayah sangat penting dalam suatu keluarga. Aku jadi rindu ayahku.
                “Sudahlah umma...sekarang kan sudah ada aku. Aku akan menemani umma disini. Oh ya apakah umma sudah makan?” aku menghibur Jung umma.
                “Ah kau ini manis sekali eunji-ah. Umma belum makan. Bagaimana kalau kita makan bersama?” umma terlihat lebih ceria daripada sebelumnya. Sepertinya, dia terhibur dengan kedatanganku.
                “Kajja umma kita makan!” aku pun menarik tangan Jung umma dengan jurus maut aegyoku. Jung umma pun pasrah dan akhirnya menemaniku untuk pergi ke ruang makan. Aku berjanji akan membuat Jung ahjumma terus tersenyum mulai dari sekarang.

-00-

                Yoseob POV
                Aku memasuki halaman rumahku dengan tidak bersemangat. Aku sangat bosan bila berada di sini. Hanya berdua dengan umma saja, itu pun umma sibuk dengan dunianya sendiri. Buku? Apa menariknya dunia itu? Kalau aku tidak sayang dengan umma, mungkin sudah dari dulu aku ingin hidup sendiri. Hidup di apartement seperti kebanyakan teman-temanku. Menurutku hidup mereka sangat indah sekali. Bebas....tidak ada yang mengatur, sepertiku.
                Aku membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci. Mungkin Lee ahjumma sudah hafal dengan jam pulangku yang sangat larut untuk remaja seusiaku. Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan bingung. Biasanya, ketika aku masuk keadaan rumah sudah gelap gulita dan hanya ada sedikit sumber cahaya yang berasal dari lampu meja yang terletak di pojok ruang tamu. Tapi, keadaan yang aku lihat sekarang sangat berbeda! Aku melihat keadaan rumah saat ini masih terang benderang dan ada....suara umma?
                Dengan rasa penasaran, aku pun menuju ruang keluarga. Aku mendengar suara umma dan seseorang sedang tertawa. Biasanya, di jam seperti ini umma sudah tidur.
                “Aku pulang.” aku memberi salam ketika berdiri di belakang sofa yang sedang diduduki oleh umma dan seseorang. Umma pun berbalik ketika mendengar suaraku.
                “Oh...kau sudah pulang?” umma tersenyum kepadaku. Aku sepertinya sudah lama sekali tidak melihatnya tersenyum seperti itu.
                “Sudah umma. Umma kenapa belum tidur?” aku melirik seorang gadis yang sekarang tengah memperhatikanku. Siapa dia? Apakah dia pembantu baru di rumah ini? Sepertinya tidak mungkin. Kalau memang dia pembantu baru, kenapa dia berani sekali untuk duduk di sebelah rumah. Rasanya tidak mungkin.
                “Umma sedang asyik menonton acara komedi ini bersama dengan Eunji. Oh ya perkenalkan dia Jung Eunji. Dia anak teman umma yang waktu itu umma ceritakan dulu.” Aku mengangguk-angguk ketika mendengar penjelasan umma. Oh...jadi dia itu Eunji yang dulu diceritakan umma? Aku kira umma hanya bercanda ketika mengatakan bahwa akan ada seorang gadis yang tinggal di sini.
                “Oh begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Aku menyodorkan tanganku kepadanya untuk berkenalan.
                “Hai yoseob-ssi.” Dia membalas sapaanku tanpa menyambut tanganku sama sekali. Ekspresinya dingin...dia tersenyum, tapi terlihat jelas bahwa senyumnya itu hanya sebuah senyum paksaan. Aku menurunkan tanganku. Umma juga terlihat bingung dengan sikap eunji padaku. Apakah dia benci kepadaku?

-00-

                Eunji POV
                “Aku pulang.” Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah belakangku. Sejak tadi, aku dan Jung umma memang sibuk menonton sebuah acara komedi di televisi. Jung ahjumma sepertinya sangat bahagia, terlihat dari tawanya yang benar-benar lepas.
                Aku dan Jung ahjumma refleks menoleh ke belakang. Ternyata suara itu berasal dari seorang namja yang sepertinya aku tau siapa dia. Aku memperhatikannya dari atas ke bawah ketika dia mengajak ngobrol ibunya, atau lebih tepatnya mungkin hanya berbasa-basi belaka. Sungguh, dari awal bertemu saja aku sudah tidak begitu suka dengannya. Bertahun-tahun dia seperti ini, aku sangat kasihan dengan Jung ahjumma.
                “Oh begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Dia tiba-tiba menyodorkan tanganku kepadanya untuk berkenalan. Aku bingung harus membalas uluran tangannya atau tidak karena sikapnya itu yang sangat aku tidak suka.
                “Hai yoseob-ssi.” Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menyambut uluran tangannya. Aku hanya tersenyum kecil kepadanya. Senyum paksaan lebih tepatnya. Aku lihat dia sempat tercengang melihat sikapku. Tapi, aku tidak peduli terserah dia mau berpikir apa.
                “Baiklah umma kalau begitu aku tidur dulu.” Yoseob langsung pamit tidur pada ibunya. Aku melihatnya. Ada sepercik rasa bersalah pada diriku. Kenapa aku terlihat begitu membencinya?Padahal aku saja baru kenal dengannya.
                “Eunji-ah...kenapa kau melamun?” Jung umma menyadarkanku.
                “Tidak apa-apa umma. Mungkin aku lelah saja.” aku tertawa kecil padanya.
                “Oh kau lelah? Kalau begitu tidur saja. Umma juga sepertinya sudah mulai mengantuk.” Umma tersenyum padaku sambil mengelus lembut pundakku. Jung umma benar-benar seperti ummaku. Tapi, tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan posisi ummaku.

-00-

                Untuk umma dan appaku tersayang...
                Hai umma dan appa! Aku sangat merindukan kalian. Jung ahjumma sangat baik padaku. Bahkan dia menyuruhku untuk memangginya dengan sebutan “umma”. Umma jangan cemburu ya hehehehe bagiku tidak ada yang bisa menggantikan posisi umma dan appa di hatiku. Oh ya, hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah yang baru. Doakan aku yah semoga aku bisa sukses di kota ini!^^
                Aku menutup laptopku setelah menulis e-mail kepada appa. Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Aku sangat berharap kalau hari ini adalah hari keberuntunganku. Setidaknya, aku bisa mendapatkan teman baru.
                “Eunji-ah...bagaimana kalau kau berangkat dengan Yoseob saja pagi ini? Kalian kan satu sekolahan.” Jung ahjumma bertanya padaku saat kami bertiga sedang sibuk dengan sarapan kami masing-masing.
                “Hmm...tapi umma...” aaaaaa bagaimana ini? Aku masih tidak enak dengan kejadian tadi malam. Sekarang aku harus berangkat bersama Yoseob?
                “Tidak apa-apa kok. Aku tidak akan berbuat jahat padamu.” Yoseob tiba-tiba mengeluarkan suaranya. Sepertinya, dia merasa kalau aku tidak suka padanya. Aku melirik ke arahnya. Ku liat ekspresinya datar.
                “Hahaha kau ini. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu.” Aku tertawa garing untuk mencairkan suasana. Ku lihat Jung umma juga tertawa mendengar perkataan Yoseob tadi.
                “Baiklah, kalau begitu kalian berangkat bersama yah. Yoseob jagalah Eunji. Ingat ini adalah hari pertamanya di sekolah yang baru.” Jung ahjumma memberi petuah pada Yoseob.
                “Tidak usah repot-repot umma. Aku akan baik-baik saja kok.” Jawabku meyakinkan Jung umma. Aku tidak mau kalau nanti Yoseob akan mengikutiku kemana-mana untuk menjagaku. Menyebalkan sekali.
                “Siapa juga yang mau menjaga yeoja jutek sepertimu?” Yoseob berkata acuh. Siaaaal....dia benar-benar menyebalkan.
                “Sudah sudah jangan berdebat. Ayo cepat habiskan sarapan kalian, nanti kalian terlambat.” Jung umma hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan kami berdua. Aku pun hanya bisa mendengus kesal. Sabar...sabar...kalau kau bukan anak Jung umma, mungkin sudah dari dulu aku.....ah sudahlah, rutukku dalam hati.
                Selama perjalanan menuju sekolah, aku hanya diam tidak berminat untuk memulai pembicaraan dengan Yoseob. Dia pun sepertinya sedang berkonsentrasi dengan jalanan yang sekarang ada di hadapannya. Aku sedari tadi hanya memainkan telepon genggamku sambil berkirim pesan dengan sahabatku, Bomi.
                From: Bomi
                Eunji-ah...aku iri denganmu! Kau sangat beruntung bisa bersekolah di Seoul T^T
                Aku hanya bisa menghela nafas panjang ketika membaca isi pesan Bomi. Beruntung? Ya aku memang beruntung karena bisa berkenalan dengan Jung umma. Tapi...sepertinya aku sedang tidak beruntung saat ini.
                Sent to: Bomi
                Beruntung?Sepertinya aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster
                Aku tertawa pelan ketika memencet tombol “kirim” untuk pesan tersebut. Monster? Ya...Yoseob memang pantas untuk di sebut sebagai seorang monster atau mungkin vampire?
                “Beruntung?Sepertinya aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster. Siapa yang kau maksud dengan monster?” Yoseob tiba-tiba mengulangi isi pesanku pada Bomi. Ya ampun...sejak kapan dia membaca isi pesanku? Dan sejak kapan mobil ini berhenti?
                “Kau.....benar-benar tidak sopan membaca isi pesan orang!”aku pun refleks memukul kepalanya.
                “Ya! Kenapa kau memukul kepalaku hah?” dia mengusap-usap kepalanya yang sepertinya tidak benar-benar sakit. Mungkin itu hanya aktingnya saja untuk membuatku merasa bersalah.
                “Itu karena kau tidak sopan membaca isi pesanku.” Jawabku pendek.
                “Oh begitu? Walaupun isi pesan itu sedang membicarakan diriku?” dia membalas dengan nada yang jujur...sangat menyebalkan.
                “Sudahlah lupakan. Kau merasa tidak? Kalau tidak, ya sudah.” Kenapa namja ini cerewet sekali?
                “Baiklah. Kalau begitu kau turun dari mobilku sekarang juga. Kita sudah sampai.” Yoseob memandang lurus ke depan. Sepertinya dia tidak begitu mempersoalkan masalah tadi.  Aku langsung melihat ke arah luar melalui jendela mobil. Ternyata sekolahku besar sekali......
                Aku pun turun dari mobil diikuti dengan Yoseob yang kini ada di belakangku. Aku begitu sibuk dengan rasa kagumku terhadap bangunan sekolah baruku yang benar-benar mewah sampai-sampai aku tidak sadar dengan keadaan sekitarku yang mulai berubah.
                “Lihat yeoja itu. Siapa dia? Beraninya dia berjalan di depan Yoseob oppa dengan wajah kampungannya itu.” Aku mendengar seorang yeoja berkata seperti itu kepada teman-temannya. Yeoja? Yoseob? Aku menoleh ke arah belakang. Di belakangku memang ada Yoseob....dan di depan Yoseob cuman ada aku seorang.
                “Siapa sih dia?pssts...ssspsst.” sepertinya semua orang mulai membicaraanku. Ada apa ini? Siapa sebenarnya Yoseob?Aku sibuk dengan pikiranku sendiri

-00-

                “Hey apakah kau sudah melihatnya?”Yeoja itu meremas ujung bajunya sendiri ketika mendengar pertanyaan itu.
                “Kau...tutup mulutmu! Aku sudah melihatnya. Tanpa kau beri tau juga aku sudah melihatnya.” Yeoja itu sepertinya sedang marah. Atau lebih tepatnya sangat marah.
                “Baiklah...maaf. Jangan marah padaku---“ Tuuut.......sambungan telepon itu pun terputus secara tiba-tiba.
                “Lihat saja nanti...” yeoja itu pun berbicara dengan dirinya sendiri sambil menyunggingkan sebelah bibirnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

-00-
               
Hayooo...seperti biasa author hanya mengingatkan "jangan lupa kritik dan saran untuk author ya" karena sesungguhnya kritik dan saran kalian sangat bermanfaat buat author. Terimakasih:)
                

Friday, June 7, 2013

goodbye?

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 6:47 PM 0 komentar
goodbye? aku gatau ini beneran kata terakhir yang harus aku ucapin buat kamu apa bukan. yang jelas...makasih buat 12 bulan kurang yang sangat menyenangkan ini. aku bersyukur...di akhir-akhir masa putih abu-abuku aku masih bisa ngerasain yang namanya jadi secret admirer/? wkwkwk iya seorang secret admirer yang sebenernya......orang-orang udah tau sih aku sukanya sama siapa-_- 

kalo inget kejadian waktu itu, rasanya aku pengen ngelempar meja/??? aku tau aku bego, aku tau aku terlalu polos.......................ya mungkin lebih tepatnya terlalu bodoh. dalam waktu kurang lebih 12 bulan ini, aku bisa belajar banyak hal soal cinta. mungkin yang paling berkesan itu pengalamanku saat di dunia role player. 

walaupun aku ga sama sekali suka beneran sama coupleku di rp, tapi rasa sayang itu ga mungkin ga ada. dari sana aku belajar arti ketulusan dan kesabaran. mungkin selama ini, aku emang childish buat mantanku yang dulu. aku selalu ingin menang sendiri. 

tapi...setelah merasakan bagaimana ketika aku di posisi orang itu, aku akhirnya mulai sadar. ternyata dalam suatu hubungan, emang perlu "pengertian dan mengalah satu sama lain". janji deh...nanti kalo punya pacar lagi gabakal ditinggal twitteran kaya dulu lagi-_____-v

tapi sebenernya, pengalaman di masa akhir-akhir SMA ini itu....pas aku suka sama seseorang. gatau cuman kebetulan, gatau apa emang takdir aku bisa ketemu lagi sama temenku waktu SMP dulu. malah kmrn kami sempet satu kelas. padahal dulu waktu masih SMP, aku ga kenapa-kenapa kok serius aku malah biasa aja-_-

tapi ya namanya juga cinta...siapa yang tau sih besok dan seterusnya kita bisa suka sama siapa hahaha=))

sebenernya, dalam 12 bulan kurang ini dia pasti udah tau semuanya. tapi......ya gimana ya dia nya juga biasa aja. yaudah sih wkwkwkwkw=_=

sekarang...dia mau pergi jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh. sebenernya, aku masih bisa ketemu dia lagi pas tanggal 22 juni nanti, di acara promnite sekolahku. tapi...kayanya aku gabisa ikut deh;----; hehehehe

udah fix sih aku terakhir ketemu sama dia kemaren pas acara perpisahan sekolah. tau ga?dia ganteng. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA;---; aku selama ini gapernah bisa bilang cowo itu ganteng, walopun dia pacarku sendiri. eh engga sih.....MINHO GANTENG:"""""D

jadi ke minho haahhaha-_- hey kamu...iya kamu! awalnya, aku emang tertarik sama kamu gara-gara kamu mirip minho. emang sih kata orang-orang gantengan Minho daripada kamu...tapi lama-lama aku malah lebih suka sama kamu daripada Minho,_____,

kapan ya kita ketemu lagi?aku ga yakin hehehe kecuali ada reunian sekolah kali ya hfrffffrt tapi itu juga mungkin pas kamu udah bawa anak kamu, terus aku bawa suami aku/????BAHAHAHAH=_=

ya intinya kita gabakal ketemu lagi. tau ga............impian aku cuman satu sekarang. aku pengen fotobox berdua sama kamu sblm kamu beneran pergi abis ini. tapi gabakal mungkin deh-_- hehehehehe

Friday, March 29, 2013

When You're Gone :(

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 9:38 AM 0 komentar


I always needed time on my ownI never thought I'd need you there when I cryAnd the days feel like years when I'm aloneAnd the bed where you lie is made up on your side
When you walk away I count the steps that you takeDo you see how much I need you right now?
When you're goneThe pieces of my heart are missing youWhen you're goneThe face I came to know is missing too
When you're goneThe words I need to hear to always get me throughThe day and make it okI miss you
I've never felt this way beforeEverything that I do reminds me of youAnd the clothes you left, they lie on the floorAnd they smell just like you, I love the things that you do
When you walk away I count the steps that you takeDo you see how much I need you right now?
When you're goneThe pieces of my heart are missing youAnd when you're goneThe face I came to know is missing too
And when you're goneThe words I need to hear to always get me throughThe day and make it okI miss you
We were made for each otherOut here foreverI know we were, yeah
And all I ever wanted was for you to knowEverything I'd do, I'd give my heart and soulI can hardly breathe I need to feel you here with me, yeah
When you're goneThe pieces of my heart are missing youAnd when you're goneThe face I came to know is missing too
And when you're goneAll the words I need to hear will always get me throughThe day and make it okI miss you

Saturday, March 2, 2013

[FF Special] Happy Birthday...Park Chorong!

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 8:07 PM 1 komentar


Author : @nisamanda

Genre : Romance

Cast :

Park Chorong

Choi Minho

Lauren Lunde

Length : OS

Rate : PG 13

HAI..............!!! SINGKAT AJA YA. FF INI AUTHOR BIKIN SPESIAL BUAT CHORONG UNNIE YANG TANGGAL 3 MARET INI ULANG TAUN. SEMOGA KALIAN SUKA^^


-00-


“Hoam.....” sinar matahari sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam kamarku melalui celah-celah jendela yang entah sejak kapan tirainya mulai terbuka.  Aku pun menggeliat sebentar. Sepertinya, aku bangun terlalu siang hari ini. Kenapa mereka tidak membangunkanku?
                Aku bangun dengan raut wajah yang agak sedikit berantakan, seperti keadaan rambutku saat ini. Setelah merasa sudah benar-benar sadar, aku pun berjalan menuju keluar kamar bermaksud untuk melakukan aktivitas pagiku yaitu mengomel pada member-member A Pink lainnya.
                Tapi ketika aku sudah siap-siap untuk melancarkan semua aksiku, aku melihat sesuatu yang janggal. Dorm A Pink sepi! Tidak ada satupun orang di ruang TV. Kemudian aku pun berjalan menuju dapur. Biasanya pagi-pagi seperti ini, Namjoo dan Bomi sudah sibuk untuk memperebutkan jatah sarapan mereka masing-masing yang sepertinya tidak akan pernah cukup.
                “Kemana mereka semua? Apakah mereka semua pergi? Tapi kenapa mereka semua tidak pamit kepadaku?” aku berbicara sendiri seperti orang tidak waras. Setelah puas untuk mengomel, aku pun terduduk di sofa ruang TV. Saat ingin mengambil remote untuk menyalakan televisi, aku melihat ada secarik kertas yang tergeletak di meja tempat remote itu berada.
                Dear Chorong Eonnie yang Cantik
                Eonnie...maafkan kami. Kami ingin pergi ke pusat perbelanjaan dulu untuk menghibur diri dulu dari segala aktivitas A Pink yang sangat padat selama ini. Sebenarnya, kami semua ingin mengajakmu. Tapi bagaimana lagi? Kau terlihat sangat lelah jadi kami tidak berani untuk mengganggumu. Jangan lupa bereskan rumah ya eonnie^^ kami menyayangimu hihihi
                Dari: Kami yang menyanyangimu ^o^
                Aaarrgggh sial! Mereka semua mengerjaiku. Aku membayangkan, pasti mereka semua sekarang sedang bersenang-senang. Sedangkan aku? Harus terdampar disini sendirian sambil membersihkan rumah. Tuhan...kenapa mereka semua tega sekali padaku? Bukankah aku selama ini selalu baik pada mereka?
-00-

                “Hahaha pasti chorong eonnie sekarang sedang menangis karena membaca memo dari kita.” kata Bomi sambil tertawa puas. Member A Pink lainnya pun langsung melihat ke arahnya.
                “Aku sebenarnya tidak tega melakukan semua ini. Kalau saja hari ini bukan hari spesialnya.” komentar Naeun sambil menundukan kepalanya. Mereka semua langsung terdiam dan ikut tertunduk juga. Sebenarnya, mereka semua berpikiran sama. Tidak ada yang pernah tega untuk mengerjai sang leader. Leader mereka tersebut, walaupun kadang-kadang galak tapi nyatanya dia sangat sayang tehadap semua member lain yang umurnya lebih muda daripada dia. Eunji, Bomi, Naeun, Yookyung, Namjoo, dan Hayoung pun juga sangat menyayangi Chorong. Kalau saja hari ini bukan tanggal 3 Maret...mungkin mereka tidak akan pernah berpikir untuk melakukan ini semua.
                “Ya! Kalian semua jangan sedih seperti ini. Kita harus tega pada Chorong eonnie. Ingat, hari ini kita akan memberikan kejutan padanya.” Eunji tiba-tiba bersuara. 3 Maret? Ingatkah kalian ada apa hari ini? Ya hari ini adalah hari ulang tahun Chorong. Dan mereka semua disini sekarang bersiap-siap untuk memberikan kejutan pada leadernya tersebut.
                “Baiklah...jadi apa yang akan kita lakukan hari ini?” Hayoung yang dari tadi diam akhirnya bertanya dengan nada polos.
                “Kita lihat saja nanti. Aku yakin Chorong eonnie pasti akan menyukainya.” jawab Bomi sambil tersenyum evil.

-00-

                Chorong POV
                Akhirnya....setalah sejak tadi pagi aku sibuk membersihkan seisi rumah, aku pun bisa duduk santai untuk beristirahat. Aku melihat sekelilingku yang tampak lebih baik. Aku mengerti kenapa ada pribahasa yang mengatakan bahwa “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.” Ternyata, membersihkan rumah secara bersama-sama lebih mudah ketimbang mengerjakan semuanya sendiri.
                Biasanya aku yang  bertugas untuk membagi pekerjaan rumah pada masing-masing member. Eunji tugasnya menyapu. Naeun membersihkan kaca. Bomi mengepel lantai. Yookyung membereskan ruang TV. Sedangkan, Namjoo dan Hayoung bertugas untuk memasak juga mencuci piring. Aku jadi merindukan mereka. Mereka pasti sekarang sedang bersenang-senang tanpaku.
                Aku berniat untuk beristirahat sejenak. Baru saja aku ingin menyalakan televisi, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang dari luar. Aku pun kemudian beranjak bangun dari sofa dan berjalan menuju ke arah pintu dari luar. Semakin dekat....semakin terdengar suara tersebut. Seperti suara orang sedang menangis.
                “Huaaaa....hiks hiks hueeee” tangis itu pun makin lama terdengar semakin kencang. Aku berniat untuk membuka pintu dan melihat siapa yang sedang menangis di luar. Tapi tak lama kemudian aku ingin berubah pikiran. Aku takut kalau ternyata itu adalah suara orang yang berniat jahat padaku.
                Aku pun kemudian mengambil tongkat baseball milik Eunji yang terletak tak jauh dari tempatku berada sekarang. Aku sudah bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Ternyata....
                “Hueeeee...hiks hueeee” aku melihat seorang gadis kecil sedang menangis sambil terduduk di depan pintu dorm kami. Gadis kecil itu sepertinya sudah lama menangis dan...aku bingung bagaimana harus menghadapinya. Aku pun mendekatinya dan mengusap pipinya yang merah.
                “Adik kecil...kenapa kamu menangis?” aku bertanya sambil mengusap kepalanya. Ku lihat dia memperhatikanku sebentar kemudian tak lama dia kembali melanjutkan kegiatan menangisnya. Aku semakin bingung. Tuhan...aku harus bagaimana?
                “Cupcupcup jangan menangis sayang. Aku harus bagaimana supaya kau tidak menangis?” aku mulai frustasi. Tangisnya tak lama kemudian mulai berkurang, hanya sisa isakan yang masih ada.
                “Jadi, namamu siapa adik kecil?” tanyaku sambil tersenyum
                “Hiks...namaku Lolen.” jawabnya singkat sambil mengusap kedua matanya yang berair.
                “Hmm...jadi kenapa Lolen bisa ada disini?” tanyaku hati-hati sambil mengusap pelan rambutnya.
                “Hiks...lolen tadi disuruh tunggu disini sama eomma. Katanya eomma mau pergi sebentar. Tapi eomma perginya lama. Eomma ninggalin lolen hueeee” Lolen kembali menangis. Aku semakin bingung. Bagaimana caranya agar dia tidak menangis lagi? Memang sih panggilanku adalah Rongma. Tapi bukan berarti aku bisa dengan mudah menghentikan anak kecil yang sedang menangis seperti sekarang ini.
                “Lolen sayang jangan menangis. Bagaimana kalau lolen sekarang masuk dulu ke dalam dorm eonnie? Lalu kita bermain di dalam sambil menunggu eomma kamu datang.” Ajakku lembut kepadanya. Ku lihat tangisnya kembali berhenti. Dia melihat padaku dengan tatapan polosnya. Aigoo...lucunya anak ini.
                “Baiklah eonnie...tapi eonnie tidak akan jahat pada Lolen kan?” tanyanya dengan takut-takut. Apakah tampang polos sepertiku ini bisa dibilang tampang orang jahat? Hft lama-lama aku frustasi.
                “Tidak mungkin sayang. Eonnie orang yang baik. Kajja kita masuk.” aku pun memegang tangannya dan mengajaknya masuk. Untung keadaan dorm sudah bersih...kalau tidak aku pasti akan malu pada anak kecil ini.
                “Eonnie...apakah eonnie sendirian disini?” lolen bertanya sambil melihat keadaan sekelilingnya yang memang sepi. Aku pun menghela nafas panjang.
                “Sebenarnya tidak. Eonnie tinggal dengan 6 orang adik eonnie disini. Tapi mereka sedang pergi sekarang. Kalau mereka sudah pulang, Lolen pasti bisa bermain dengan mereka.” Ya itu juga kalau mereka pulang. Hari sudah siang tapi kenapa mereka belum pulang juga? Apakah mereka tersesat? Sepertinya tidak mungkin. Aku sebenarnya daritadi sudah menghubungi mereka. Tapi sial telepon genggam mereka tidak ada yang aktif.
                “Oh begitu...eonnie aku bosan. Aku ingin menonton.”
                “Baiklah...mari kita lihat acara TV siapa tau ada yang menarik.” Kemudian aku menyalakan televisi. Apa ini? Di hari sabtu seperti ini kenapa semua acara TV rata-rata adalah drama percintaan? Lolen tidak mungkin menonton acara seperti ini. Aku pun mencari akal. Aha! Aku tau.
                Aku berlari menuju kamar Hayoung, meninggalkan Lolen yang sepertinya sedang asyik bermain dengan remote TV. Di kamar Hayoung, ternyata berantakan sekali. Aku mencari sebuah barang. Ketika mencari, aku pun menemukan sesuatu. Sebuah tanggal berbentuk badan Rilakkuma. Karena iseng, aku mengambil tanggal tersebut. Siapa tau  Hayoung merencanakan sesuatu karena ku lihat ada beberapa tanda yang terdapat di masing-masing tanggal itu.
                Ketika sampai di bulan Maret, aku menemukan sebuah tanda di tanggal 3. Ya...itu adalah hari ulang tahunku dan hari itu adalah hari ini. Namun, sepertinya mereka semua lupa dengan hari spesialku itu. Entahlah...tapi memang benar buktinya tak ada satupun teman-teman satu agency ku dari Cube yang mengucapkan selamat kepadaku. Biasanya dari pagi, para sunbae dan hoobae ku tidak pernah lupa.
                “EONNIE.......” aku tersadar dari lamunanku. Sepertinya, Lolen memanggilku. Aku pun bergegas untuk mencari barang yang aku cari. Hore! Akhirnya ketemu.
                “Mian, eonnie tadi mencari sesuatu dulu. Ini yang eonnie cari hehe.” Jawabku sambil menunjukan DVD Pororo yang sekarang ada di tanganku. Aku tau maknae masih menyimpan barang-barang seperti ini, makanya aku mencari ditempatnya.
                “Yey! Lolen suka Pororo.” Lolen berteriak senang saat aku menunjukkan DVD Pororo tersebut. Aku tau, anak-anak kecil di dunia khususnya di Korea saat ini sedang terkena demam Pororo. Menurutku, pinguin kecil itu memang lucu. Maka dari itu, tidak salah banyak orang yang menyukainya termasuk aku. Tapi...aku tidak separah Lolen sih hehehe
“Eonnie...ayo nyalakan film ini.” pinta Lolen sambil menarik bajuku.
                “Baiklah...tunggu sebentar.” Sambil memasang DVD itu, aku pun melirik jam. Ya ampun...sudah jam 12 siang dan mereka belum pulang juga? omelku dalam hati. Setelah DVD Pororo tersebut terpasang, aku pun duduk kembali di sebelah Lolen dan menemaninya menonton. Entah karena kelelahan...aku pun tertidur ketika mendengarkan musik yang dimainkan oleh kartun tersebut.
-00-
                Dering telepon genggamku, tiba-tiba saja membuatku terbangun. Aku pun langsung menjawab tanpa melihat siapa yang ada diseberang sana, yang sedang meneleponku.
                “Yeobosseyo?” tanyaku membuka percakapan.
                “Cho...ini aku Minho. Apakah kau sedang di rumah?”
                “Iya aku sedang di rumah, memangnya kenapa?” Aku menguap sebentar saat menjawabnya.    “Tidak. Aku ingin mengajakmu pergi ke taman bermain. Apakah kau sedang sibuk?”
                “Hah? Tumben sekali...sebenarnya aku sedang sibuk me-“ aku refleks menoleh ke arah sebelahku. Ya ampun....dia kemana?
                Tanpa menghiraukan Minho yang daritadi memanggil namaku di telepon,  aku tetap mencari dia. Ya! Lolen... dia kemana??? Terakhir aku meninggalkannya karena tertidur, aku ingat dia masih ada di sebelahku sambil menonton Pororo. Tapi...tapi kemana dia sekarang? Jeritku dalam hati.
                Aku mencari ke segala sudut ruangan. Tidak ada...tidak ada...aku ingin menangis. Apakah eommanya sudah menjemput dia? Tapi kenapa mereka tidak pamit dulu kepadaku?
                “Oppa...tolong aku. Cepatlah datang ke dormku sekarang juga.” aku mulai menangis ketika berbicara dengan Minho. Sebenarnya umurku dan dia tidak jauh berbeda, kita satu lines. Tapi aku sudah terbiasa sejak dulu memanggilnya oppa. Memang aneh, tapi sepertinya Minho sudah terbiasa dengan itu semua.
                “Kau kenapa cho? Baiklah aku akan ke sana sekarang juga. Jangan menangis.” Minho mencoba untuk menenangkanku. Aku terduduk lesu di sofa. Pikiranku kalut karena Lolen. Aku takut...saat tertidur tadi, dia pergi ke luar dan ternyata dia diculik oleh orang jahat! Tidak...aaaaaaargh. Aku terisak saat memikirkan itu.
                Bagaimanapun juga, walaupun baru kenal tapi sebenarnya aku sangat menyesal jika Lolen sekarang benar-benar diculik orang jahat. Aku sangat menyayangi anak kecil...membayangkannya saja sudah membuatku ingin menangis.
                Ting...Tong...Ting...Tong
                Suara bel dorm berbunyi. Itu pasti Minho! Ketika membuka pintu, tanpa bu-bi-bu(?) aku pun langsung memeluknya. Aku menangis dipelukannya. Aku takut...aku takut terjadi apa-apa dengan Lolen. Minho sepertinya kaget dan bingung. Namun,dia mencoba untuk menenangkanku dengan cara membalas pelukanku.
                “Kau...kau kenapa Cho? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau menangis?”  tanya Minho pelan sambil mengusap pelan punggungku. Aku merasa nyaman ketika dia melakukan hal itu. Minho itu sebenarnya adalah teman dekatku sejak beberapa tahun yang lalu. Kami pertama berkenalan di sebuah acara musik. Dia seperti sahabatku sendiri...aku juga tak tau kalau sekali waktu semua perasaan ini akan berubah haha pikiranku mulai kacau.
                “Jadi begini oppa...” aku menceritakan semuanya. Dari mulai pertemuan pertama dengan Lolen, sampai pada saat dia hilang secara tiba-tiba.
                “Hmm...begitu ceritanya.” Aku tiba-tiba sadar, sejak tadi posisiku belum berubah. Aku pun melepaskan pelukanku tersebut dengan salah tingkah. Aku menunduk sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Aku sangat malu sekali untuk melihat wajah Minho sekarang.
                “M..maafkan aku. Aku terlalu terbawa suasana sampai-sampai memelukmu seperti tadi oppa hehe.” Aku tersenyum garing saat melihat ekspresi wajahnya yang susah ditebak.
                “Tidak apa-apa Cho, santai saja. Oh ya jadi kau maunya bagaimana habis ini? Mencarinya?” tanya Minho sambil tersenyum hangat kepadaku.
                “Iya...sepertinya begitu. Aku akan tenang, jika nanti di luar aku melihat Lolen sudah bersama eommanya.” Jawabku sambil menundukan kepalaku dengan lemas. Tiba-tiba Minho menggenggam tangan kananku.
                “Ayo kita cari dia di luar” dia pun menarik tanganku lalu mengajakku pergi ke luar. Aku mengikutinya dengan wajah bingung. Aku pun masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Minho. Minho menyetir mobil dengan pelan supaya aku bisa melihat keadaan sekitar. Siapa tau aku bertemu dengan Lolen...hft aku menyesal. Kalau saja aku tidak meninggalkannya tidur, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.
                “Cho...apakah kau sudah makan?” suara Minho memecah keheningan.
                “Belum oppa...aku sedang tidak nafsu makan.”jawabku pendek.
                “Kau harus makan atau nanti kau akan sakit.”
                “Nanti saja oppa.”
                “Kau ini keras kepala sekali. Ini sudah sore dan kau belum makan? Oh iya bagaimana kalau kita berhenti di taman bermain yang tidak jauh dari sini. Bukankah kau suka dengan burger? Siapa tau juga kita bisa menemukan Lolen disana.” ajak Minho kepadaku sambil berkonsentrasi dengan keadaan jalan yang saat itu sedang lumayan padat.
                “Ah! Kau pintar sekali oppa. Siapa tau Lolen dan eommanya sedang bermain disitu.” Aku masih sangat berharap sekali kalau Lolen sekarang sedang bersama eommanya. Aku berharap sekali....
                “Nah...gadis pintar.” puji Minho sambil tertawa.
-00-
                Keadaan taman bermain saat itu lumayan sepi dari biasanya. Mungkin, hari ini orang-orang lebih memilih untuk jalan-jalan di pusat perbelanjaan seperti yang dilakukan dongsaeng-dongsaengku saat ini. Aku jadi teringat sesuatu. Aku kan belum minta ijin pada mereka untuk pergi. Hah...sudahlah memang mereka peduli padaku.
                “Oppa...aku lapar.” rengekku pada Minho. Aku menyesal tadi sudah mengatakan bahwa aku tidak lapar. Karena kenyataannya...aku sangat lapar sekali sekarang.
                “Baiklah. Kau tunggu sebentar disini, aku akan membelikanmu burger dulu.” Jawab Minho sambil mengacak rambutku pelan. Aku cemberut tapi tak lama kemudian aku tersenyum sambil mengangguk ke arahnya.
                Aku sibuk memainkan iPhone ku yang dari tadi tidak bersuara. Aku membaca semua pesanku. Aku tersenyum kecil saat melihat semua isi pesanku dengan Minho. Lucu sekali...dia terkadang bisa lebih dewasa daripada aku yang berumur 9 bulan di atasnya. Aku sempat menolak ketika awalnya dia ingin memanggilku noona. Menyebalkan sekali...kesannya aku 10 tahun lebih tua daripada dia.
                5 menit....10 menit...30 menit...Minho tidak juga kembali. Dia membelikanku burger di mana sih? Kenapa lama sekali? Untuk mengusir rasa bosanku, aku pun berjalan-jalan di sekitar taman itu. Taman bermain itu baru saja dibangun, dan aku belum terlalu hapal area disana. Aku berharap saat berjalan nanti aku bisa bertemu dengan Lolen ataupun Minho.
                Hari sudah mulai terasa gelap. Aku melihat jam ditanganku, ternyata sudah hampir jam 7 KST. Aku belum menemukan Minho ataupun Lolen. Ketika aku bermaksud untuk menghubunginya, aku menemukan suatu kenyataan bahwa....baterai telepon genggamku habis! Tuhan...bagaimana ini?
                “Perhatian...perhatian...bagi para pengunjung diharapkan untuk segera keluar dari taman bermain karena waktu berkunjung sudah habis.” Apa? Kenapa aku baru tau kalau taman bermain ini mempunyai batas waktu kunjung yang singkat. Aku pun semakin cemas, aku melihat sekelilingku. Gelap...aku tak tau ini dimana.
                Aku mencoba untuk mencari bangunan yang kira-kira terdapat petugas yang bisa membantuku keluar dari sini. Aku takut mereka tak tau kalau masih ada pengunjung yang terjebak disini. Aku takut...aku takut....dan aku akhirnya menangis lagi untuk kesekian kalinya hari ini. Aku terduduk sendirian di pinggir jalan yang ada di taman bermain itu. Kepalaku aku tenggelamkan di antara kedua pahaku. Aku menangis terisak disana. Aku sudah menyerah. Kenapa hari ini aku sial sekali.
                Tiba-tiba, ada sebuah tangan kecil yang mengusap kepalaku. Aku kaget, dengan perlahan aku menegakkan kepalaku untuk melihat siapa yang mengusap kepalaku. Ternyata...
                “LOLEN!!!” aku langsung memeluknya dengan erat. Ternyata anak ini tidak apa-apa. Aku bahagia sekali melihatnya sehat dan tidak terluka. Aku menangis saat memeluknya.
                “Eonnie...kenapa menangis?”tanya Lolen bingung. Aku melihat ke arahnya sambil tersenyum.
                “Eonnie tidak apa-apa sayang. Hmm...kenapa Lolen bisa ada di sini?” aku bertanya sambil mengusap pipinya yang hangat. Dia hanya tersenyum sambil menarik tanganku. Dia ingin mengajakku kemana?
                Aku semakin bingung ketika aku diajak ke suatu tempat yang gelap dan sepi. Tiba-tiba....
                “HAPPY BIRTHDAY PARK CHORONG!!!” Aku berdiri lemas saat melihat pemandangan yang ada di depanku. Semuanya...semuanya ada di depanku sekarang. Aku menangis semakin hebat saat melihat member-member A Pink, para sunbaeku di BEAST ataupun 4minutes dan teman-temanku ada di hadapanku sekarang. Mereka semua mengerjaiku sial!
                “KALIAAAAN.” Aku berlari ke arah mereka semua sambil mengajak Lolen yang daritadi tertawa melihat kelakuanku.
                “Eonnie...kenapa kau menangis?” Yookyung bertanya sambil menahan...tawanya yang menurutku sangat menyebalkan aaaargh. Ku lihat oppa-oppa ku di Beast juga tertawa puas saat melihat tampangku sekarang.
                “Kalian semua jahat padaku.” Kataku sambil menjitak kepala Bomi, Eunji, Naeun, Yookyung, Namjoo dan Hayoung. Mereka semua menggerutu kesakitan dan aku tertawa puas HAHAHA.
                “YA APPO! Eonnie kajja tiup lilinnya lalu kita potong kuenya. Aku sudah tak sabar.” ajak Namjoo sambil menunjukan wajah rakusnya.
                “Sebentar, dia...” aku melihat sekelilingku mencari seseorang.
                “Kau mencariku ya?” tiba-tiba suara seseorang menepuk pundakku.
                “Minho oppa...kau darimana saja hah? Katanya mau membelikanku burger, tapi mana?” aku bertanya kepadanya sambil cemberut.
                “Kau mau tau? Jadi begini....”
#FLASHBACK
                “Yeobosseyo?”
                “Annyeong oppa...ini aku Eunji. Bisakah kau membantu kami?”
                “Kalau aku bisa, pasti aku akan membantumu. Apa yang bisa aku bantu?”
                “Begini oppa. Tanggal 3 nanti kan Chorong eonnie akan berulang tahun. Rencanya aku dan yang lain ingin memberikan kejutan padanya.”
                “Terus...apa yang harus aku lakukan?”
                “Kau cukup mengajaknya pergi ke taman bermain yang baru dibuka itu. Nanti kau tinggalkan dia sendirian disana. Biarkan dia tersesat hahaha”
                “Kau ini jahat sekali ya. Tapi apakah dia tidak curiga kalau aku tiba-tiba mengjaknya pergi ke taman bermain?”
                “Kau tenang saja oppa. Nanti akan ada Lauren yang menjadi alasan kuat supaya dia tidak curiga saat kau mengajaknya ke taman bermain.”
                “Baiklah. Aku akan membantu kalian.”
                “Gamsahamnida oppa...aku harap kau cepat menyatakan semuanya kepada dia hahaha”
                “Menyatakan apa?”
                “Ah pikir saja sendiri. Annyeong oppa.” Eunji pun menutup sambungan telepon sambil tertawa jahil. Member-member A Pink lainnya kecuali Chorong melihatnya sambil bertanya-tanya.
                “Kenapa kau tertawa? Apakah Minho oppa mau membantu kita?” tanya Naeun penasaran.
                “Tenang saja...dia akan membantu kita.” jawab Eunji sambil mengacungkan jempolnya dan menunjukkan “eyesmile”nya.
                “Hahaha tidak percuma ya saat MAMA 2012 kemarin kau menjadi MC berpasangan dengan Minho oppa.” Bomi berkomentar sambil tertawa keras.
                “Tidak juga sih. Tapi aku yakin Minho oppa mau membantu kita karena ada sesuatu.” Semua member A Pink melihat ke arah Eunji. Mereka bingung, apa maksud dari kata-kata Eunji.
                “Sesuatu? Maksudmu?” Namjoo semakin penasaran.
                “Kita lihat saja nanti.”

#FLASHBACK END

                “YA JADI INI SEMUA JUGA ULAHMU CHOI MINHO?”  tanyaku sambil memukul pundaknya dengan pelan.
                “HAHAHA maafkan aku. Aku melakukan ini semua juga ada alasannya.” Minho tersenyum kepadaku.
                “Alasan? Alasan apa?” aku kembali bertanya sambil menunjukkan wajah bingungku.
                “Alasannya...karena aku mencintaimu. Aku ingin memberikan kenangan indah di hari ulang tahunmu yang ke 22 tahun.” Jawabnya pelan sambil memegang kedua tanganku. Deg....darahku tiba-tiba beku. Lidahku kaku tidak bisa berucap apa-apa saat mendengar kalimat itu. Dia mencintaiku? Apakah ini sebuah mimpi?
                “Oppa...kau mengerjaiku lagi yah?” tanyaku pelan sambil tertawa. Tidak...semua ini pasti ulah jahil mereka untuk mengerjaiku.
                “Tidak...aku sungguh-sungguh. Aku mencintaimu Park Chorong...would you be mine?” aku pun diam setelah mendengar kata-katanya yang keluar dari bibirnya tersebut. Semua orang yang ada disana pun diam sambil menunggu jawabanku.
                “Eonnie...ayo cepat jawab.” Lolen tiba-tiba menaruh tangannya di atas tanganku dan Minho. Aku bingung...perasaanku tidak karuan sekarang.
                “Oppa...maafkan aku tapi...”jawabku hati-hati.
                “Tapi apa? Apa kau tidak mencintaiku juga?” tanya Minho sambil menggegam tanganku makin erat.
                “Maafkan aku...karena aku mencintaimu juga.” aku berkata pelan tapi...ini semua hampir membuatku mati suri. Aku masih terus menunduk. Aku malu apalagi saat mendengar suara teman-temanku yang memberikan selamat kepadaku dan Minho.
                “Park Chorong...liat aku.” Minho mengangkat daguku. Aku pun pasrah.  Wajahku memerah saat aku melihat senyum di wajahnya. Sahabatku...selama ini yang aku anggap sahabatku, ternyata sekarang adalah namjachinguku. Tiba-tiba Minho mendekatkan wajahnya kepadaku. Aku hanya bisa menutup mata untuk menerima segala perlakuannya. Semakin lama, nafas itu semakin dekat...dan dekat...terasa di sekitar wajahku.
                “EONNIE...OPPA!!!! INGAT ADA ANAK KECIL DISINI!!!” Hayoung tiba-tiba berteriak sambil membawa pergi Lolen yang dari tadi ternyata ada di antara aku dan Minho. Hayoung langsung menutup mata Lolen.
                “Hayoung-ah...kau tidak sadar umur hah? Bukannya kau juga belum berumur 17 tahun?” kata Eunji sambil memukul kepala Hayoung yang langsung berteriak kesakitan dan mengusap-usap kepalanya. Semua orang pun tertawa melihat kelakuan mereka bedua. Minho memelukku erat sambil mengusap rambutku. Tuhan...terimakasih untuk hari ini

-00-

Author beneran envy pas nulis FF ini. Masalahnya Minho sama Chorong itu bias author semua;____; Ini FF OS author yang pertama hihihi biasanya Author nulis FF Chapter sih-_-)/ jadi maaf yah kalo ceritanya rada maksa atau gimana. Ditunggu komennya yaa readersJ Sekali lagi...Happy Birthday Chorong Eonnie! ♥
               
                


Friday, February 22, 2013

[FF EunSeob] A Short Journey

Diposkan oleh Annisa Mandasari di 7:33 PM 1 komentar



Author : @nisamanda

Genre : Romance

Cast :

Jung Eunji

Yang Yoseob

Other Cast yang masih samar-samar(?)

Length : Chapter

Rate : PG 13

ANNYEOOOOOOONG!!!! Author balik nih dengan FF chapter baru. Pasti pada bingung yah kenapa Author bikin FF Chapter lagi sedangkan FF Monster pun belum ada kelanjutannya? Sebenernya...author udah mulai ngelanjutin sih tapi masih pengen bikin kalian kepo aja muehehehe :p Yaudah, FF ini author buat dari pengalaman pribadi(?) temen author di RP. Enjoy it jangan lupa kritik dan sarannya yah^^

-00-



                Seorang gadis duduk sendirian di sebuah halte bus yang terletak di sebuah jalan kecil di kota Busan. Sedari tadi, dia sibuk melihat jam yang berwarna biru muda di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang KST. Namun, bus yang dari tadi dia tunggu belum datang juga. Dia tidak begitu khawatir kalau pun bus itu nantinya tidak akan datang untuk menjempunya juga. Toh, dia memang tidak mau pergi dari kota itu.
                Ya...kalau bukan karena sesuatu hal, mungkin dia tidak akan pernah pergi dari kota kecil ini. Kota yang sangat dicintainya, kota yang menjadi saksi semua cerita hidupnya.  Juga kota yang mengenalkannya pada orang-orang yang sangat dia sayangi hingga saat ini. Termasuk sahabatnya, Yoon Bomi.
                Sepertinya, hari ini bukan hari keberuntungannya. Sebuah bus berwarna kuning berhenti di depannya saat ini. Dia sempat ragu-ragu ketika hendak naik ke dalam bus tersebut. Tapi...sedetik kemudian pikirannya pun berubah. Dengan berat hati, akhirnya dia pun memandang kota Busan dari dalam bus tersebut dengan wajah sendunya.

-00-

Eunji POV

                Namaku Eunji. Lebih lengkapnya adalah Jung Eunji. Saat ini, aku adalah siswi yang duduk di bangku akhir sekolah menengah atas di Kota Seoul. Sebenarnya...ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Aku adalah murid pindahan dari Busan. Busan, sebuah kota kecil yang sangat aku cintai.
                Sebenarnya aku terpaksa pindah ke sini karena suatu alasan. Orang tuaku sudah pensiun dari pekerjaannya. Mereka sepertinya kurang sanggup untuk membiayaiku kuliah nanti. Tapi, untungnya ada teman baik umma dan appa di Seoul yang bersedia untuk membiayai kuliahku sampai aku lulus nanti. Hanya syaratnya aku harus tinggal di sana untuk menemaninya. Kata appa dari dulu ia menginginkan anak perempuan. Tapi, sayangnya Tuhan berkehendak lain. Seumur hidupnya, dia hanya mempunyai seorang anak. Itu pun anak laki-laki. Padahal kenyataannya dia sangat menginginkan anak perempuan.
                Makanya, ketika mendengar keadaan appaku, sahabat appaku itu sangat berharap agar dirinya bisa mengurusku. Mulanya, appa dan umma sangat ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Mereka sangat sedih bila harus tinggal berjauhan denganku, tapi di sisi lain mereka sangat peduli dengan masa depanku. Lagipula, aku adalah seorang anak manja. Namun, akhirnya hati mereka luluh juga oleh segala rayuan yang diluncurkan oleh Nyonya Jung, nama sahabat appa tersebut.
                Setelah menempuh beberapa jam perjalanan yang lumayan meleleahkan, aku pun akhirnya sampai di Seoul. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali pergi ke kota ini. Tapi, tetap saja aku masih merasa “wah” ketika melihat deretan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di sisi-sisi kota. Aku tidak percaya...akhirnya aku bisa tinggal di sini.
                Turun dari bus, aku langsung mencari taksi untuk menuju rumah Jung ahjumma. Setelah berkeliling-keliling lumayan lama, aku pun akhirnya sampai di rumah Jung ahjumma. Aku sempat terpana melihat kemewahan rumah beliau. Benar-benar rumah yang sangat indah! Dengan segala tatanan rumah bergaya klasik dan terdapat patung berbentuk manusia yang terletak di pelataran rumahnya.
                Aku pun mengetuk pintu rumah tersebut dengan hati-hati. Rumah tersebut memang tidak memiliki pagar. Aku sempat berpikir bagaimana kalau suatu hari nanti ada orang jahat yang berniat untuk merampok isi rumah ini. Tapi semua pertanyaanku pun terjawab ketika melihat seperangkat cctv yang berada di setiap sudut rumah bagian luar.
                Satu menit...dua menit...tiga menit...tetap tidak ada jawaban. Aku pun melihat keadaan sekelilingku, berharap ada orang yang akan menolongku untuk masuk ke rumah ini dengan aman. Aku baru sadar ketika melihat sebuah bel yang menempel di tembok sebelah pintu tersebut. Jung Eunji...kau benar-benar bodoh! Kenapa dari tadi aku tidak menggunakan bel ini saja? rutukku dalam hati. Setelah memencet bel tersebut, pintu besar itu pun terbuka lalu terlihat seorang wanita tua yang memandangku sambil tersenyum. Apakah itu Jung ahjumma?
                “Annyeong.” Sapaku ramah sambil membungkuk kepada wanita tersebut.
                “Annyeong. Apakah kau nona eunji?” dia membalas sapaanku dengan ramah.
                “Ne...aku adalah Eunji.” Aku mengangguk antusias.
                “Baiklah nona eunji...silahkan masuk.” Wanita itu pun kemudian menuntunku masuk ke dalam rumah tersebut. Ternyata rumah tersebut tidak hanya terlihat bagus dari luarnya saja. Interior yang ada di dalam rumah tersebut juga ternyata sangat indah. Aku sangat terkagum-kagum di buatnya.
                “Nona eunji...perkenalkan namaku adalah Lee Hyeonra. Aku adalah kepala pembantu rumah tangga di sini.” Dia memperkenalkan diri saat mengajakku masuk ke dalam rumah.
                “Bangapseumnida...oh ya bagaimana dengan pemilik rumah ini? Apakah aku bisa bertemu dengannya?” tanyaku hati-hati kepada Lee ahjumma.
                “Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya.” Jawabnya sambil membukakan sebuah pintu besar berwarna putih yang terletak di tengah ruangan. Ketika di buka, ternyata terdapat sebuah rak buku besar yang terlihat dari luar ruangan. Di pojok ruangan, terdapat sebuah sofa yang diduduki oleh seorang wanita yang sedang sibuk membaca bukunya. Lee ahjumma pun mengajakku untuk mendekati wanita tersebut.
                “Nyonya...dia yang kau tunggu sudah datang.” Kata Lee ahjumma sambil menunjukku. Wanita tersebut pun melihat ke arahku, dia sempat memperhatikanku dari atas sampai bawah. Tak lama kemudian dia pun tersenyum.
                “Annyeong. Perkenalkan...aku adalah Jung Hyeri teman ayah dan ibumu.” tanyanya lembut kepadaku sambil memperkenalkan diri. Oh...jadi ini adalah Jung ahjumma. Cantik. Masih terlihat muda walaupun sebenarnya umurnya sudah berkepala lima.
                “Annyeong Nyonya Jung...mohon bantuannya.”aku berkata hati-hati kepadanya. Aku takut omonganku akan menyinggung perasaannya. Ku lihat dia menyipitkan matanya sambil memandangku.
                “Nyonya? Kenapa kau memanggilku seperti itu? Panggil aku umma. Anggap saja aku adalah umma angkatmu.” aku terdiam. Sungguh baik sekali wanita ini. Aku terharu.
                “Ba...baiklah umma.” aku gugup ketika pertama kali memanggilnya seperti itu.
                “Jangan gugup seperti itu Eunji-ah...anggap saja ini adalah rumahmu sendiri.” dia mengelus rambutku yang kini sedang duduk di sebelahnya. Dia mulai banyak bercerita padaku bahwa dia dari dulu sebenarnya sangat menginginkan anak perempuan hadir di tengah-tengah keluarganya. Saat tahun ke tiga usia pernikahannya, ternyata dia mendapatkan seorang anak laki-laki. Dia tidak pernah menyesal akan itu dan dia masih percaya bahwa suatu saat nanti Tuhan pasti akan memberikannya seorang anak perempuan yang cantik. Tapi, sepertinya harapannya itu sia-sia karena dua tahun setelahitu, rahim yang ada di kandungannya di angkat karena dirinya menderita penyakit kanker rahim.
                “Setelah suamiku meninggal, kini umma hanya hidup berdua dengan Yoseob saja. Tapi, umma merasa sangat kesepian saat ini. Yoseob sering pulang malam bahkan dia jarang bertemu dengan umma.” Lanjutnya dengan mimik muka yang sedih.
                “Ya ampun ahjumma memangnya dia pergi kemana saja setiap hari?”tanyaku kepadanya. Aku benar-benar gemas dengan anak lelaki Jung umma tersebut. Apa dia tidak bersyukur mempunya ibu sebaik Jung umma?
                “Dia sibuk bermain dengan teman-temannya. Padahal sebentar lagi dia akan menghadapi ujian akhir. Kalau saja appa nya masih ada...” omongan Jung umma pun terputus. Pandangannya menerawang ke depan. Aku tau hatinya sedih saat ini. Ibu mana yang tega untuk bersikapn keras pada anaknya? Memang...peran ayah sangat penting dalam suatu keluarga. Aku jadi rindu ayahku.
                “Sudahlah umma...sekarang kan sudah ada aku. Aku akan menemani umma disini. Oh ya apakah umma sudah makan?” aku menghibur Jung umma.
                “Ah kau ini manis sekali eunji-ah. Umma belum makan. Bagaimana kalau kita makan bersama?” umma terlihat lebih ceria daripada sebelumnya. Sepertinya, dia terhibur dengan kedatanganku.
                “Kajja umma kita makan!” aku pun menarik tangan Jung umma dengan jurus maut aegyoku. Jung umma pun pasrah dan akhirnya menemaniku untuk pergi ke ruang makan. Aku berjanji akan membuat Jung ahjumma terus tersenyum mulai dari sekarang.

-00-

                Yoseob POV
                Aku memasuki halaman rumahku dengan tidak bersemangat. Aku sangat bosan bila berada di sini. Hanya berdua dengan umma saja, itu pun umma sibuk dengan dunianya sendiri. Buku? Apa menariknya dunia itu? Kalau aku tidak sayang dengan umma, mungkin sudah dari dulu aku ingin hidup sendiri. Hidup di apartement seperti kebanyakan teman-temanku. Menurutku hidup mereka sangat indah sekali. Bebas....tidak ada yang mengatur, sepertiku.
                Aku membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci. Mungkin Lee ahjumma sudah hafal dengan jam pulangku yang sangat larut untuk remaja seusiaku. Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan bingung. Biasanya, ketika aku masuk keadaan rumah sudah gelap gulita dan hanya ada sedikit sumber cahaya yang berasal dari lampu meja yang terletak di pojok ruang tamu. Tapi, keadaan yang aku lihat sekarang sangat berbeda! Aku melihat keadaan rumah saat ini masih terang benderang dan ada....suara umma?
                Dengan rasa penasaran, aku pun menuju ruang keluarga. Aku mendengar suara umma dan seseorang sedang tertawa. Biasanya, di jam seperti ini umma sudah tidur.
                “Aku pulang.” aku memberi salam ketika berdiri di belakang sofa yang sedang diduduki oleh umma dan seseorang. Umma pun berbalik ketika mendengar suaraku.
                “Oh...kau sudah pulang?” umma tersenyum kepadaku. Aku sepertinya sudah lama sekali tidak melihatnya tersenyum seperti itu.
                “Sudah umma. Umma kenapa belum tidur?” aku melirik seorang gadis yang sekarang tengah memperhatikanku. Siapa dia? Apakah dia pembantu baru di rumah ini? Sepertinya tidak mungkin. Kalau memang dia pembantu baru, kenapa dia berani sekali untuk duduk di sebelah rumah. Rasanya tidak mungkin.
                “Umma sedang asyik menonton acara komedi ini bersama dengan Eunji. Oh ya perkenalkan dia Jung Eunji. Dia anak teman umma yang waktu itu umma ceritakan dulu.” Aku mengangguk-angguk ketika mendengar penjelasan umma. Oh...jadi dia itu Eunji yang dulu diceritakan umma? Aku kira umma hanya bercanda ketika mengatakan bahwa akan ada seorang gadis yang tinggal di sini.
                “Oh begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Aku menyodorkan tanganku kepadanya untuk berkenalan.
                “Hai yoseob-ssi.” Dia membalas sapaanku tanpa menyambut tanganku sama sekali. Ekspresinya dingin...dia tersenyum, tapi terlihat jelas bahwa senyumnya itu hanya sebuah senyum paksaan. Aku menurunkan tanganku. Umma juga terlihat bingung dengan sikap eunji padaku. Apakah dia benci kepadaku?

-00-

                Eunji POV
                “Aku pulang.” Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah belakangku. Sejak tadi, aku dan Jung umma memang sibuk menonton sebuah acara komedi di televisi. Jung ahjumma sepertinya sangat bahagia, terlihat dari tawanya yang benar-benar lepas.
                Aku dan Jung ahjumma refleks menoleh ke belakang. Ternyata suara itu berasal dari seorang namja yang sepertinya aku tau siapa dia. Aku memperhatikannya dari atas ke bawah ketika dia mengajak ngobrol ibunya, atau lebih tepatnya mungkin hanya berbasa-basi belaka. Sungguh, dari awal bertemu saja aku sudah tidak begitu suka dengannya. Bertahun-tahun dia seperti ini, aku sangat kasihan dengan Jung ahjumma.
                “Oh begitu...annyeong eunji, namaku yoseob.” Dia tiba-tiba menyodorkan tanganku kepadanya untuk berkenalan. Aku bingung harus membalas uluran tangannya atau tidak karena sikapnya itu yang sangat aku tidak suka.
                “Hai yoseob-ssi.” Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menyambut uluran tangannya. Aku hanya tersenyum kecil kepadanya. Senyum paksaan lebih tepatnya. Aku lihat dia sempat tercengang melihat sikapku. Tapi, aku tidak peduli terserah dia mau berpikir apa.
                “Baiklah umma kalau begitu aku tidur dulu.” Yoseob langsung pamit tidur pada ibunya. Aku melihatnya. Ada sepercik rasa bersalah pada diriku. Kenapa aku terlihat begitu membencinya?Padahal aku saja baru kenal dengannya.
                “Eunji-ah...kenapa kau melamun?” Jung umma menyadarkanku.
                “Tidak apa-apa umma. Mungkin aku lelah saja.” aku tertawa kecil padanya.
                “Oh kau lelah? Kalau begitu tidur saja. Umma juga sepertinya sudah mulai mengantuk.” Umma tersenyum padaku sambil mengelus lembut pundakku. Jung umma benar-benar seperti ummaku. Tapi, tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan posisi ummaku.

-00-

                Untuk umma dan appaku tersayang...
                Hai umma dan appa! Aku sangat merindukan kalian. Jung ahjumma sangat baik padaku. Bahkan dia menyuruhku untuk memangginya dengan sebutan “umma”. Umma jangan cemburu ya hehehehe bagiku tidak ada yang bisa menggantikan posisi umma dan appa di hatiku. Oh ya, hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah yang baru. Doakan aku yah semoga aku bisa sukses di kota ini!^^
                Aku menutup laptopku setelah menulis e-mail kepada appa. Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Aku sangat berharap kalau hari ini adalah hari keberuntunganku. Setidaknya, aku bisa mendapatkan teman baru.
                “Eunji-ah...bagaimana kalau kau berangkat dengan Yoseob saja pagi ini? Kalian kan satu sekolahan.” Jung ahjumma bertanya padaku saat kami bertiga sedang sibuk dengan sarapan kami masing-masing.
                “Hmm...tapi umma...” aaaaaa bagaimana ini? Aku masih tidak enak dengan kejadian tadi malam. Sekarang aku harus berangkat bersama Yoseob?
                “Tidak apa-apa kok. Aku tidak akan berbuat jahat padamu.” Yoseob tiba-tiba mengeluarkan suaranya. Sepertinya, dia merasa kalau aku tidak suka padanya. Aku melirik ke arahnya. Ku liat ekspresinya datar.
                “Hahaha kau ini. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu.” Aku tertawa garing untuk mencairkan suasana. Ku lihat Jung umma juga tertawa mendengar perkataan Yoseob tadi.
                “Baiklah, kalau begitu kalian berangkat bersama yah. Yoseob jagalah Eunji. Ingat ini adalah hari pertamanya di sekolah yang baru.” Jung ahjumma memberi petuah pada Yoseob.
                “Tidak usah repot-repot umma. Aku akan baik-baik saja kok.” Jawabku meyakinkan Jung umma. Aku tidak mau kalau nanti Yoseob akan mengikutiku kemana-mana untuk menjagaku. Menyebalkan sekali.
                “Siapa juga yang mau menjaga yeoja jutek sepertimu?” Yoseob berkata acuh. Siaaaal....dia benar-benar menyebalkan.
                “Sudah sudah jangan berdebat. Ayo cepat habiskan sarapan kalian, nanti kalian terlambat.” Jung umma hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan kami berdua. Aku pun hanya bisa mendengus kesal. Sabar...sabar...kalau kau bukan anak Jung umma, mungkin sudah dari dulu aku.....ah sudahlah, rutukku dalam hati.
                Selama perjalanan menuju sekolah, aku hanya diam tidak berminat untuk memulai pembicaraan dengan Yoseob. Dia pun sepertinya sedang berkonsentrasi dengan jalanan yang sekarang ada di hadapannya. Aku sedari tadi hanya memainkan telepon genggamku sambil berkirim pesan dengan sahabatku, Bomi.
                From: Bomi
                Eunji-ah...aku iri denganmu! Kau sangat beruntung bisa bersekolah di Seoul T^T
                Aku hanya bisa menghela nafas panjang ketika membaca isi pesan Bomi. Beruntung? Ya aku memang beruntung karena bisa berkenalan dengan Jung umma. Tapi...sepertinya aku sedang tidak beruntung saat ini.
                Sent to: Bomi
                Beruntung?Sepertinya aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster
                Aku tertawa pelan ketika memencet tombol “kirim” untuk pesan tersebut. Monster? Ya...Yoseob memang pantas untuk di sebut sebagai seorang monster atau mungkin vampire?
                “Beruntung?Sepertinya aku sedang sial pagi ini karena satu mobil dengan seorang monster. Siapa yang kau maksud dengan monster?” Yoseob tiba-tiba mengulangi isi pesanku pada Bomi. Ya ampun...sejak kapan dia membaca isi pesanku? Dan sejak kapan mobil ini berhenti?
                “Kau.....benar-benar tidak sopan membaca isi pesan orang!”aku pun refleks memukul kepalanya.
                “Ya! Kenapa kau memukul kepalaku hah?” dia mengusap-usap kepalanya yang sepertinya tidak benar-benar sakit. Mungkin itu hanya aktingnya saja untuk membuatku merasa bersalah.
                “Itu karena kau tidak sopan membaca isi pesanku.” Jawabku pendek.
                “Oh begitu? Walaupun isi pesan itu sedang membicarakan diriku?” dia membalas dengan nada yang jujur...sangat menyebalkan.
                “Sudahlah lupakan. Kau merasa tidak? Kalau tidak, ya sudah.” Kenapa namja ini cerewet sekali?
                “Baiklah. Kalau begitu kau turun dari mobilku sekarang juga. Kita sudah sampai.” Yoseob memandang lurus ke depan. Sepertinya dia tidak begitu mempersoalkan masalah tadi.  Aku langsung melihat ke arah luar melalui jendela mobil. Ternyata sekolahku besar sekali......
                Aku pun turun dari mobil diikuti dengan Yoseob yang kini ada di belakangku. Aku begitu sibuk dengan rasa kagumku terhadap bangunan sekolah baruku yang benar-benar mewah sampai-sampai aku tidak sadar dengan keadaan sekitarku yang mulai berubah.
                “Lihat yeoja itu. Siapa dia? Beraninya dia berjalan di depan Yoseob oppa dengan wajah kampungannya itu.” Aku mendengar seorang yeoja berkata seperti itu kepada teman-temannya. Yeoja? Yoseob? Aku menoleh ke arah belakang. Di belakangku memang ada Yoseob....dan di depan Yoseob cuman ada aku seorang.
                “Siapa sih dia?pssts...ssspsst.” sepertinya semua orang mulai membicaraanku. Ada apa ini? Siapa sebenarnya Yoseob?Aku sibuk dengan pikiranku sendiri

-00-

                “Hey apakah kau sudah melihatnya?”Yeoja itu meremas ujung bajunya sendiri ketika mendengar pertanyaan itu.
                “Kau...tutup mulutmu! Aku sudah melihatnya. Tanpa kau beri tau juga aku sudah melihatnya.” Yeoja itu sepertinya sedang marah. Atau lebih tepatnya sangat marah.
                “Baiklah...maaf. Jangan marah padaku---“ Tuuut.......sambungan telepon itu pun terputus secara tiba-tiba.
                “Lihat saja nanti...” yeoja itu pun berbicara dengan dirinya sendiri sambil menyunggingkan sebelah bibirnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

-00-
               
Hayooo...seperti biasa author hanya mengingatkan "jangan lupa kritik dan saran untuk author ya" karena sesungguhnya kritik dan saran kalian sangat bermanfaat buat author. Terimakasih:)
                
 

Why So Serious? Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review